Fenomena riders band atau musisi memang kerap jadi perbincangan hangat di kalangan pelaku industri hiburan. Vokalis Efek Rumah Kaca (ERK), Cholil Mahmud, turut memberikan komentarnya mengenai riders yang seringkali dimanfaatkan musisi sebagai ajang "aji mumpung" untuk membebani Event Organizer (EO).
Cholil tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap permintaan riders yang berlebihan dan merepotkan, hanya demi menunjang penampilan di atas panggung. Menurutnya, musisi seharusnya bijak dalam mempertimbangkan dampaknya terhadap kelangsungan karier mereka.
"Mereka sebenarnya bisa menilai bagaimana keberlangsungan karier mereka kalau mereka terlalu banyak maunya," ujar Cholil.
Berkebalikan dengan tren tersebut, ERK justru memilih untuk bersikap sebaliknya. Bagi Cholil, ini bukan masalah band lama atau baru, melainkan tentang bagaimana musisi dapat menjalin hubungan baik dengan penyelenggara acara, termasuk dengan mempermudah urusan mereka.
"Kalau buat saya pribadi, merasa bahwa ngerepotin penyelenggara tuh gak membawa manfaat. Kita perlu ada kebutuhan yang harus terpenuhi ya, misalnya kalau lapar kalau haus, tapi ya seperlunya aja sih," jelasnya.
Pelantun "Sebelah Mata" ini juga memberikan saran kepada musisi muda untuk bijak dalam menentukan riders. Ia menekankan bahwa riders bukanlah kebutuhan primer yang wajib dipenuhi oleh EO.
"Kebutuhan-kebutuhan yang gak terlalu perlu dan gak relevan buat performa kita di panggung kayaknya gak apa-apa gak harus dipenuhi oleh penyelenggara. Setuju sih bahwa harus punya pemikiran yang panjang tentang bagaimana membangun hubungan yang baik dengan penyelenggara," tambahnya.
Cholil meyakini bahwa saling pengertian dalam berhubungan adalah kunci utama. "Bandnya lah harus bisa melihat sendiri situasinya," pungkasnya. Dengan kata lain, musisi perlu peka terhadap kondisi dan tidak memaksakan kehendak yang berlebihan kepada penyelenggara.