Pekanbaru – Demam "aura farming" yang melanda dunia turut mengangkat tradisi Pacu Jalur dari Kuantan Singingi. Popularitas tarian khas Pacu Jalur ini diharapkan memicu munculnya generasi penerus, layaknya Rayyan Arkan Dikha, yang mampu mempromosikan warisan budaya ini lebih luas lagi.
Fenomena viralnya tarian anak-anak Pacu Jalur di media sosial, bahkan ditirukan oleh bintang K-Pop dan pesepak bola dunia, membawa dampak positif. Budaya Pacu Jalur semakin dikenal, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.
"Kami sangat bangga, Pacu Jalur kini dikenal dunia," ujar Jufriadi, seorang pelaku Pacu Jalur dari Tuah Koghi Dubalang Ghajo, saat ditemui di Kantor Gubernur Riau.
Jufriadi berharap, ke depannya, semakin banyak anak-anak yang terinspirasi untuk mempopulerkan tarian di atas perahu jalur. Ia menaruh harapan besar pada munculnya penari-penari cilik seperti Rayyan Arkan Dikha, yang saat ini tengah menjadi idola.
"Kami berharap akan ada ‘Dhika-Dhika’ lain yang dapat mempopulerkan Pacu Jalur, bahkan lebih dahsyat lagi," ungkap Jufri.
Menurutnya, peran anak-anak penari di Pacu Jalur sangat krusial. Mereka bertugas memberikan semangat kepada para peserta pacuan yang tengah berjuang.
"Anak-anak ini sangat penting, dan harus tampil lebih memukau di tahun-tahun mendatang. Kami menyebut mereka joki atau togak luan. Ini adalah seni budaya Kuantan Singingi yang harus diperkenalkan kepada khalayak," jelas Jufri.
Seperti diketahui, tarian anak-anak di Pacu Jalur Kuantan Singingi tengah menjadi sorotan dunia. Melalui tren "aura farming", banyak selebriti dan atlet mancanegara yang meniru aksi mereka saat melakukan selebrasi.
Salah satu sosok yang mencuri perhatian adalah Rayyan Arkan Dikha. Penari berusia 11 tahun ini bahkan diundang oleh Gubernur Riau Abdul Wahid dan dianugerahi gelar Duta Pariwisata.