Kota Jayapura tengah menggenjot upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC) setelah capaian program masih jauh dari target nasional. Data menunjukkan, hingga Juni 2025, cakupan penemuan kasus TBC baru mencapai 27% dari target 90%. Sementara itu, data per 5 Juli 2024 mencatat angka 25,37% untuk cakupan penanganan TBC, jauh di bawah target yang sama.
Sebagai langkah strategis, Dinas Kesehatan Kota Jayapura telah menggelar sosialisasi dan penjaringan TBC massal. Pada tahun 2024, skrining massal di 32 lokasi seperti sekolah, kampus, asrama, lembaga pemasyarakatan, dan tempat ibadah, berhasil memeriksa 11.773 orang dan menemukan 23 kasus.
Melihat rendahnya pencapaian target, investigasi kontak massal di lingkungan dengan risiko tinggi menjadi prioritas. Pemerintah Kota Jayapura berencana mengeluarkan surat edaran untuk menggalakkan skrining massal di tempat-tempat umum, termasuk tempat ibadah dan kampus, guna memutus rantai penyebaran TBC. Kolaborasi dengan tokoh agama juga diharapkan dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat.
Sejalan dengan komitmen global dan nasional dalam mengakhiri TBC pada tahun 2030, upaya pencegahan melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi kasus Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) menjadi fokus utama.
Dokter spesialis paru menjelaskan bahwa TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak, tes darah, atau tes kulit (Mantoux). Penting untuk membedakan antara TBC aktif, yang ditandai dengan gejala seperti batuk berkepanjangan, penurunan berat badan, demam, dan keringat malam, dengan TBC laten yang seringkali tanpa gejala.
Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan mereka yang kontak erat dengan penderita TBC aktif, memiliki risiko tinggi terkena TBC. Pencegahan melalui TPT menjadi langkah yang tepat bagi mereka yang diduga terinfeksi.