Jakarta – Harga emas global menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut. Namun, penguatan ini masih dibatasi oleh menguatnya nilai tukar dolar AS, seiring dengan fokus pasar pada perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra-mitra dagangnya.
Pada hari Rabu (9 Juli 2025), harga emas dunia tercatat naik sebesar 0,39% dan berada di level US$3.313,35 per troy ons. Kenaikan ini berhasil menghentikan tren penurunan harga yang terjadi sebelumnya.
Perdagangan hari Kamis (10 Juli 2025) menunjukkan harga emas di pasar spot kembali menguat, meskipun tipis, sebesar 0,17% dan berada di posisi US$3.318,92 per troy ons pada pukul 06.31 WIB.
Pergerakan harga emas dalam beberapa hari terakhir cukup fluktuatif. Setelah melonjak pada Rabu pekan lalu (2 Juli 2025), harga emas mengalami penurunan signifikan sebesar 1% pada Kamis. Sempat kembali menguat pada Jumat, harga emas kemudian kembali tertekan pada Senin dan Selasa pekan ini sebelum akhirnya rebound pada Rabu.
Penguatan harga emas pada Rabu didorong oleh sikap investor yang berhati-hati dalam mencermati perkembangan negosiasi perdagangan, namun penguatan dolar AS membatasi potensi kenaikan harga yang lebih besar.
Indeks dolar AS (DXY) tercatat menguat 0,04% dan berada di level 97,55 pada perdagangan Rabu, melanjutkan tren kenaikan selama tiga hari berturut-turut. Posisi DXY yang mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua minggu membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
Di tengah volatilitas pasar, kekhawatiran fiskal, dan defisit AS yang semakin melebar, emas masih menjadi pilihan investasi yang menarik.
Uni Eropa menyatakan komitmennya untuk mencapai kesepakatan dengan AS pada akhir bulan ini. Sementara itu, Presiden AS mengisyaratkan potensi pengenaan tarif tambahan kepada negara-negara tertentu.
Paket pemotongan pajak dan belanja yang baru-baru ini disetujui di AS diperkirakan akan menambah utang negara sebesar US$3,4 triliun selama dekade mendatang.
Notulen rapat The Federal Reserve (The Fed) pada 17-18 Juni mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil pejabat yang mendukung penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Sebagian besar pembuat kebijakan justru menyatakan kekhawatiran tentang potensi tekanan inflasi akibat kebijakan tarif perdagangan.
Meskipun Presiden AS telah mendesak penurunan suku bunga dan mengkritik Ketua The Fed, notulen rapat menunjukkan dukungan yang minim untuk pengurangan biaya pinjaman di antara para pembuat kebijakan.
Pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal bulan lalu, para pejabat sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25%-4,50%, sesuai dengan yang ditetapkan pada Desember tahun sebelumnya.
Emas cenderung berkinerja baik selama periode ketidakpastian ekonomi, namun menghadapi tantangan ketika suku bunga berada pada level tinggi karena emas tidak menghasilkan pendapatan bunga.