Jakarta dan sekitarnya terus diguyur hujan deras, menimbulkan pertanyaan kapan kondisi ini akan berakhir, padahal seharusnya sudah memasuki musim kemarau.
Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan bahwa cuaca ekstrem di Jabodetabek belum akan mereda dalam waktu dekat. Pola cuaca tertentu berpotensi menyebabkan hujan ekstrem lebih dari dua jam, dan kondisi ini telah memicu banjir dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga pertengahan bulan, bahkan berpotensi memburuk pada Agustus. Intensitas hujan diperkirakan meningkat dua kali lipat pada dasarian ketiga Agustus (tanggal 21 hingga akhir Agustus) dan lebih merata.
Pemerintah daerah, khususnya Jabodetabek, diminta untuk bersiap menghadapi potensi banjir yang meluas. Kerugian akibat banjir selama seminggu diperkirakan dapat mencapai triliunan rupiah. Masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai (DAS), diimbau untuk waspada.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa hingga akhir Juni, baru sekitar 30 persen wilayah Indonesia yang memasuki musim kemarau. Jumlah ini jauh di bawah kondisi normal, di mana biasanya sekitar 64 persen wilayah telah mengalami musim kemarau pada periode yang sama.
Meskipun kondisi iklim global menunjukkan fase netral, anomali curah hujan diperkirakan akan terus berlanjut hingga Oktober 2025. Melemahnya Monsun Australia dan suhu muka laut yang hangat di selatan Indonesia menjadi faktor penyebab terjadinya anomali curah hujan ini.