Obesitas dan Diabetes Meningkat: Tren Konsumsi Makanan Tinggi GGL Jadi Pemicu Utama

Jakarta – Kasus penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas dan diabetes terus melonjak, menjadi ancaman serius yang memicu penyakit jantung, stroke, hingga masalah ginjal. Data terkini menunjukkan peningkatan signifikan dalam obesitas sentral, yang didefinisikan sebagai lingkar perut lebih dari 80 cm pada wanita dan 90 cm pada pria. Pada tahun 2023, angka obesitas sentral melonjak dari 18,8% menjadi 36,8%.

Kondisi ini berdampak besar pada pembiayaan kesehatan. Biaya yang ditanggung BPJS Kesehatan terus membengkak, dengan penyakit jantung menyumbang 70% dari total utilisasi sebesar Rp 174,90 triliun.

Pergeseran pola hidup dan kebiasaan makan menjadi penyebab utama masalah ini. Masyarakat Indonesia, seperti di Amerika Serikat dan Eropa, semakin sering mengonsumsi makanan ultraproses dan cepat saji. Makanan ini umumnya tinggi kalori, garam, gula, dan lemak (GGL), melebihi batas yang direkomendasikan.

Ironisnya, kelompok masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah justru lebih banyak mengonsumsi makanan siap saji dibandingkan kelompok pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh kemudahan akses dan harga yang lebih terjangkau. Selain itu, kemudahan berbelanja makanan secara online juga turut mendorong konsumsi makanan siap saji dan olahan.

Berikut adalah tren konsumsi pangan berisiko atau tinggi GGL:

  1. Makanan Manis: Konsumsi meningkat 6,5%, dari 59,8% pada tahun 2018 menjadi 66,3% pada tahun 2023.
  2. Minuman Manis: Konsumsi meningkat 3,8%, menjadi 52,5%.
  3. Makanan Berlemak Tinggi (Gorengan): Konsumsi meningkat 4,5%, menjadi 62,7% pada tahun 2023.
  4. Makanan dengan Bumbu Penyedap: Konsumsi meningkat 3,8%, dari 22,4% menjadi 26,2%.
  5. Mi Instan dan Makanan Instan: Menjadi pilihan konsumsi terbanyak, dengan lebih dari 90% masyarakat terbiasa mengonsumsinya. Pada tahun 2023, sekitar 94% masyarakat mengonsumsi mi instan dan makanan instan.

Peningkatan konsumsi makanan tinggi GGL ini menjadi tantangan serius yang perlu diatasi. Perlu adanya upaya edukasi dan perubahan perilaku untuk mendorong masyarakat memilih makanan yang lebih sehat dan mengurangi risiko PTM.

Scroll to Top