Seoul – Mantan pemimpin Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, kembali mendekam di balik jeruji besi pada hari Kamis (10/7), terkait dengan deklarasi keadaan darurat militer yang berujung pada pemakzulannya dan pemberhentiannya dari kursi kepresidenan. Saat ini, Yoon ditempatkan di sel khusus isolasi sambil menunggu proses investigasi atas tuduhan pemberontakan yang membelitnya.
Krisis politik melanda Korea Selatan ketika Yoon diduga berupaya menggulingkan pemerintahan sipil yang sah pada 3 Desember tahun lalu. Upaya tersebut dilakukan dengan mengirimkan pasukan bersenjata ke gedung parlemen dengan tujuan menghalangi para anggota parlemen untuk menolak pemberlakuan keadaan darurat militer yang ia umumkan.
Yoon mencatatkan sejarah kelam sebagai presiden pertama Korea Selatan yang ditangkap saat masih menjabat. Penangkapan dramatis terjadi pada bulan Januari, setelah berminggu-minggu ia berusaha menghindari upaya penangkapan dengan memanfaatkan pengawal kepresidenan untuk menghalangi para penyidik.
Meskipun sempat dibebaskan pada bulan Maret dengan alasan prosedural, persidangan atas dakwaan pemberontakan terus berlanjut.
Setelah pemakzulan Yoon disahkan oleh pengadilan pada bulan April, ia kembali mangkir dari beberapa panggilan pemeriksaan oleh penyidik. Hal ini mendorong pihak berwenang untuk kembali mengupayakan penahanannya, dengan alasan untuk memastikan kerja sama dalam proses hukum.
Seorang hakim senior dari Pengadilan Distrik Pusat Seoul, Nam Se Jin, menjelaskan bahwa surat perintah penangkapan terbaru dikeluarkan karena adanya kekhawatiran bahwa Yoon berpotensi "menghilangkan barang bukti" yang relevan dengan kasus yang menjeratnya.
Dalam persidangan yang berlangsung selama tujuh jam pada hari Rabu (9/7), Yoon yang berusia 64 tahun membantah seluruh tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Ia menyatakan bahwa dirinya kini "berjuang seorang diri".
"Penasihat khusus kini bahkan mengincar para pengacara pembela saya. Satu per satu pengacara saya mengundurkan diri, dan saya mungkin harus berjuang sendirian," ungkapnya dalam persidangan.
Setelah menjalani proses hukum, Yoon dibawa ke pusat penahanan di dekat Seoul sambil menunggu keputusan pengadilan terkait penahanan terbarunya. Setelah surat perintah penahanan dikeluarkan pada Kamis (10/7) pagi waktu setempat, Yoon langsung dijebloskan ke sel isolasi di fasilitas penahanan tersebut.
Diperkirakan bahwa Yoon akan ditahan hingga 20 hari ke depan sementara jaksa mempersiapkan dakwaan resmi terhadapnya, termasuk kemungkinan penambahan dakwaan lain.
"Setelah Yoon didakwa, ia dapat tetap ditahan hingga enam bulan setelah dakwaan tersebut," ujar presiden organisasi Lawyers for a Democratic Society, Yun Bok Nam.
"Secara teoritis, pembebasan segera dimungkinkan, tetapi dalam kasus ini, penasihat khusus berpendapat bahwa risiko penghilangan barang bukti tetap tinggi, dan dakwaan tersebut telah didukung secara substansial," jelasnya.
Selama persidangan, tim kuasa hukum Yoon mengkritik permintaan penahanan tersebut sebagai tindakan yang tidak masuk akal, menekankan bahwa Yoon telah digulingkan dan "tidak lagi memegang kekuasaan apapun".