Tel Aviv – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan kesiapannya untuk berunding mengenai gencatan senjata permanen di Gaza, asalkan wilayah tersebut sepenuhnya didemiliterisasi. Pernyataan ini muncul di tengah upaya mediasi internasional untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan.
Delegasi dari Israel dan Hamas dilaporkan telah memulai diskusi tidak langsung di Doha, Qatar. Tujuan utama perundingan ini adalah mencapai kesepakatan terkait penghentian sementara pertempuran.
Utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengusulkan gencatan senjata selama 60 hari. Sebagai imbalannya, Hamas diharapkan membebaskan separuh dari sekitar 20 sandera yang masih hidup yang saat ini berada di Gaza.
Netanyahu menegaskan bahwa setelah gencatan senjata sementara ini berlaku, Israel akan membuka negosiasi untuk mengakhiri perang secara permanen. Namun, ia menekankan bahwa syarat mutlak bagi Israel adalah pelucutan senjata oleh Hamas dan penghapusan kemampuan pemerintahan maupun militer kelompok tersebut di Gaza.
Sebelumnya, Hamas mengumumkan telah menyetujui pembebasan 10 sandera yang masih hidup. Akan tetapi, mereka menolak kesepakatan yang melibatkan kehadiran militer Israel dalam skala besar di wilayah Gaza.
Selain itu, Hamas menuntut akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin parah. Mereka juga meminta "jaminan nyata" bagi terciptanya perdamaian yang langgeng.