Kamis, 4 Juli 2024, menjadi hari yang tak biasa di Kompleks SD Negeri Sudirman, Makassar. Di UPT SPF SD Negeri Sudirman IV, pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur non-zonasi memasuki hari ketiga. Suasana pagi yang cerah seakan kontras dengan kenyataan yang terjadi.
Tenda-tenda putih telah disiapkan, meja pendaftaran tertata rapi, dan petugas PPDB telah siap dengan segala perlengkapan. Namun, dari pagi hingga siang hari, tak ada satu pun calon pendaftar yang datang. Meja-meja yang seharusnya dipenuhi formulir dan suara riuh orang tua, justru sunyi senyap.
Petugas PPDB, termasuk saya dan beberapa rekan, tetap menjalankan tugas dengan profesional. Kami menyibukkan diri dengan membaca berita pendidikan, membuka pesan di grup kerja, dan sesekali berharap ada orang tua yang datang mendaftarkan anaknya. Namun, harapan itu tak kunjung terwujud.
Akhirnya, pukul dua siang, kami memutuskan untuk mengakhiri kegiatan pendaftaran hari itu. Tak ada tanda-tanda pendaftar yang akan datang. Meskipun tak ada aktivitas pendaftaran utama, kami tetap merapikan berkas dan mengembalikan perlengkapan ke ruang kantor.
Hari yang sepi ini ternyata menyimpan banyak pelajaran berharga. Pertama, kami belajar tentang kesabaran dan ketabahan. Dalam dunia pendidikan, tidak setiap hari akan berjalan sesuai rencana. Ada kalanya kita menghadapi kesunyian dan sepi. Namun, komitmen terhadap tugas harus tetap dijaga.
Kedua, kami belajar tentang kesiapan menghadapi segala kemungkinan. Tidak semua ekspektasi akan menjadi kenyataan. Dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan adalah sikap siap siaga dan ketenangan.
Ketiga, kami menyadari pentingnya koordinasi dan komunikasi. Mungkin, sosialisasi jalur non-zonasi belum menjangkau seluruh masyarakat. Informasi yang tidak sampai dapat menyebabkan minimnya partisipasi.
Keempat, kami menyadari perlunya evaluasi sistem dan pendekatan. Dunia pendidikan terus berkembang, dan sistem perlu terus diperbarui agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal.
Terakhir, hari yang tenang ini memberi kami kesempatan untuk beristirahat sejenak. Pikiran menjadi lebih segar, energi kembali terkumpul, dan hati pun terasa lebih lapang.
Meskipun hari itu sunyi, kami pulang dengan membawa pelajaran berharga. Bahwa dalam setiap momen, bahkan yang paling hening sekalipun, selalu ada pelajaran yang menunggu untuk dipetik. Pengalaman ini akan menjadi pijakan bagi perbaikan di tahun-tahun mendatang, dan menjadi pengingat bahwa setiap hari dalam dunia pendidikan adalah bagian dari perjuangan yang mulia.