Gelombang Protes Mengguncang Amerika Serikat: Rakyat Bersatu Menentang Kebijakan Trump

Aksi demonstrasi besar-besaran melanda berbagai kota di Amerika Serikat, di mana ribuan warga turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump. Para demonstran mengkritik kebijakan-kebijakan yang dianggap mengancam nilai-nilai demokrasi, termasuk isu deportasi imigran dan pemangkasan anggaran yang berimbas pada pemecatan massal pekerja sektor publik.

Aksi protes ini tersebar luas, mulai dari pusat kota Manhattan, depan Gedung Putih di Washington, D.C., hingga peringatan bersejarah di Massachusetts yang menandai 250 tahun Perang Revolusi Amerika. Gelombang demonstrasi ini muncul hanya dua minggu setelah aksi serupa dengan skala nasional yang menarik perhatian ribuan orang.

Para pengunjuk rasa menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap kebijakan Trump yang dinilai melanggar hak-hak sipil dan Konstitusi AS. Isu-isu yang menjadi sorotan antara lain upaya deportasi imigran secara besar-besaran, pengurangan anggaran pemerintah yang berakibat pada PHK ribuan pekerja, dan penutupan sejumlah lembaga pemerintah.

Di Manhattan, demonstran memusatkan aksi di depan Perpustakaan Umum New York, mengecam deportasi imigran. Mereka meneriakkan yel-yel menentang ketakutan, kebencian, dan keberadaan ICE (Imigrasi dan Bea Cukai AS) di negara bagian mereka.

Seorang pensiunan dari Maine rela berkendara jauh ke Massachusetts untuk menyaksikan peragaan ulang Pertempuran Lexington dan Concord, momen penting dalam Perang Revolusi Amerika. Ia meyakini bahwa rakyat Amerika saat ini sedang diserang oleh pemerintah mereka sendiri dan perlu melakukan perlawanan. Baginya, ini adalah masa yang berbahaya bagi kebebasan di Amerika, dan ia ingin cucu-cucunya memahami asal-usul negara serta pentingnya berjuang untuk kebebasan.

Selain demonstrasi, aksi protes juga dilakukan di luar dealer mobil Tesla, menargetkan Elon Musk, penasihat miliarder Trump, atas perannya dalam perampingan pemerintah federal. Ada juga aksi layanan masyarakat seperti pengumpulan makanan, pelatihan, dan kegiatan sukarelawan di penampungan lokal.

Semangat Perang Revolusi Amerika menjadi inspirasi bagi sebagian aksi, dengan seruan "tidak ada raja" dan perlawanan terhadap tirani. Seorang warga Boston yang hadir di Concord mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Trump sedang menciptakan "negara polisi" di Amerika.

Kebijakan pemerintahan Trump yang menjadi sasaran kritik antara lain penutupan kantor lapangan Administrasi Jaminan Sosial, pemotongan dana untuk program kesehatan pemerintah, dan pengurangan perlindungan bagi kaum transgender.

Di Washington, D.C., seorang pensiunan pegawai federal mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ancaman hak-hak proses hukum yang dilindungi konstitusi, serta program Jaminan Sosial dan jaring pengaman federal lainnya. Ia merasa tidak bisa tinggal diam dan ingin berpartisipasi dalam upaya mengubah situasi demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Scroll to Top