WASHINGTON – Geger, Boston Consulting Group (BCG), perusahaan konsultan ternama asal Amerika Serikat, mengguncang dunia dengan skandal keterlibatan dalam pemodelan rencana pembersihan etnis di Gaza. Imbasnya, pucuk pimpinan perusahaan itu dirombak. BCG sendiri mengakui insiden ini "sangat merusak reputasi."
Dua eksekutif kunci BCG kehilangan jabatan kepemimpinan mereka setelah terungkap peran mereka dalam memfasilitasi rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza. Rencana tersebut menuai kecaman luas sebagai cetak biru pembersihan etnis.
Langkah tegas ini diambil seiring meningkatnya kecaman terhadap keterlibatan BCG dalam proyek "rekonstruksi" kontroversial yang didukung Israel. Proyek ini dicurigai sebagai upaya Israel mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut secara paksa.
Adam Farber, kepala bagian risiko BCG, dan Rich Hutchinson, kepala praktik dampak sosial perusahaan, dicopot dari jabatan strategis mereka, meskipun mereka tetap bekerja di perusahaan.
Terungkapnya skandal ini berawal dari laporan yang mengungkap keterlibatan mendalam BCG dalam skema yang bertujuan membangun kembali Gaza sebagai pusat ekonomi regional tanpa kehadiran warga Palestina.
Dokumen perencanaan internal menunjukkan staf BCG turut menghitung biaya relokasi paksa warga Palestina dari Gaza, sebuah proyek yang didukung tokoh-tokoh Israel dan AS dengan kedok rekonstruksi kemanusiaan.
BCG juga berperan lebih besar dari yang diakui sebelumnya dalam pembentukan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang kontroversial. GHF adalah badan bantuan baru yang bertujuan menggantikan dukungan yang dikelola PBB, namun dipandang sebagai alat untuk mengesampingkan hukum dan lembaga internasional.
CEO BCG Christoph Schweizer menyatakan Farber tidak berniat menyesatkan, tetapi "ia sendiri telah disesatkan." Meskipun demikian, Schweizer mengakui dampak proyek ini "sangat merusak reputasi," akibat "kesalahan individu yang disengaja," kegagalan pengawasan, dan "tidak memperhatikan tanda-tanda peringatan."
Schweizer berjanji akan melakukan reformasi internal karena mengakui bahwa proses di BCG telah gagal. Muncul pertanyaan di internal dan eksternal BCG, bagaimana manajemen puncak bisa tidak menyadari cakupan dan implikasi proyek tersebut. Hutchinson, yang memimpin praktik dampak sosial BCG, dilaporkan menyetujui dan mendanai fase-fase awal proyek yang mengarah pada pembentukan GHF.
Skandal ini bahkan sampai ke Parlemen Inggris, di mana sebuah komite menyelidiki apakah BCG dan perusahaan-perusahaan Barat lainnya memfasilitasi kebijakan yang dianggap sebagai pembersihan etnis yang melanggar hukum internasional.
Keterlibatan Tony Blair Institute (TBI) juga terungkap, yang dilaporkan berpartisipasi dalam perencanaan rekonstruksi yang sama dengan nama "Gaza Riviera." Pejabat TBI dilaporkan bergabung dengan pejabat Israel dan AS dalam menyusun rencana masa depan Gaza yang mengasumsikan pengusiran warga Palestina.
Pakar hak asasi manusia mengecam inisiatif semacam itu sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi populasi Gaza secara permanen. Korban tewas akibat kampanye militer Israel di wilayah kantong tersebut telah melampaui 57.000 jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak. Sejumlah pakar hukum dan genosida menyimpulkan tindakan Israel memenuhi ambang batas genosida menurut hukum internasional.
Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang menjadi pusat keterlibatan BCG, menuai kritik tajam. Peluncuran GHF bertepatan dengan pembantaian massal warga Palestina dan pembongkaran infrastruktur kemanusiaan yang ada. Para pendukungnya termasuk pejabat Israel dan AS, dengan tujuan yang dilaporkan untuk mengalihkan kendali bantuan dari lembaga-lembaga PBB kepada mitra-mitra lokal yang "bersahabat".