Taktik Nakal Perusahaan China Akali Tarif AS: Transshipment Jadi Senjata?

Pemerintahan Donald Trump meningkatkan tekanan pada mitra dagangnya dengan mengancam penerapan tarif tinggi, terutama kepada China yang dikenai tarif hingga 55%. Namun, perusahaan-perusahaan China diduga mulai menggunakan taktik transshipment untuk mengakali aturan tersebut.

Transshipment adalah praktik memindahkan barang melalui negara ketiga dengan tujuan menghindari bea masuk yang lebih tinggi yang seharusnya dikenakan langsung pada produk mereka. Pemerintah AS menuding praktik ini dilakukan oleh sejumlah perusahaan China.

Presiden Trump telah memperingatkan dengan tegas, menyatakan bahwa barang yang dikirim ulang untuk menghindari tarif akan tetap dikenakan tarif yang lebih tinggi. Peringatan ini diperkuat dengan pakta perdagangan baru dengan Vietnam, yang secara eksplisit mewanti-wanti bea masuk yang lebih tinggi bagi barang-barang yang terlibat dalam transshipment.

Kebijakan ini mengirimkan dua pesan penting: menutup celah bagi produk China yang mencoba menghindari tarif dan memberikan peringatan kepada seluruh Asia. Praktik aturan asal di seluruh jaringan produksi Asia akan dikenakan sanksi.

Vietnam menjadi sorotan utama karena menjadi negara yang paling diuntungkan dari pengalihan rantai pasokan China sejak tarif Trump diberlakukan pada tahun 2018. Pemerintah AS ingin mencegah terulangnya situasi ini, di mana negara-negara Asia Tenggara menjadi jalur utama penghindaran tarif. Pesan Washington jelas: bantu mengawasi penghindaran China atau hadapi sendiri bea yang lebih tinggi.

Selain Vietnam, Thailand juga menjadi tujuan transshipment barang China ke AS. Ekspor China ke Thailand dan Vietnam melonjak secara signifikan sejak awal tahun 2025, tepat ketika Trump mulai mengancam penerapan tarif yang meluas. Peningkatan ekspor China ke kedua negara tersebut diduga bukan semata-mata disebabkan oleh peningkatan permintaan domestik mereka.

Scroll to Top