Jakarta – Setelah melalui serangkaian perundingan intensif, Amerika Serikat dan Iran menunjukkan sinyal positif dalam upaya mencari solusi terkait program nuklir Teheran. Dua negara sepakat untuk kembali bertemu dalam waktu dekat, guna membahas lebih lanjut isu-isu krusial.
Pertemuan tingkat tinggi yang difasilitasi oleh Oman di Roma, Italia, berlangsung selama sekitar empat jam. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, mengumumkan bahwa kedua belah pihak sepakat melanjutkan pembicaraan tidak langsung pada level teknis dalam beberapa hari. Pembicaraan di tingkat negosiator senior akan berlanjut pada Sabtu, 26 April mendatang.
Oman menyatakan putaran ketiga perundingan akan kembali diadakan di Muscat, lokasi pertemuan pertama. Ini menandai perundingan pertama di level tinggi antara kedua negara sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir penting pada 2018.
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir. Namun, Iran selalu membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan untuk kepentingan sipil.
Kementerian Luar Negeri Oman menyatakan bahwa diplomat Iran, Abbas Araghchi, dan utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, sepakat untuk melanjutkan perundingan. Pembicaraan ini bertujuan mencapai kesepakatan yang adil, tahan lama, dan mengikat. Kesepakatan ini diharapkan menjamin Iran bebas dari senjata nuklir, namun tetap mempertahankan kemampuannya untuk mengembangkan energi nuklir untuk tujuan damai.
Araghchi menyebut diskusi tersebut positif dan membuahkan hasil. Delegasi dari kedua negara berada di ruangan terpisah di kediaman duta besar Oman. Menteri Luar Negeri Oman, Badr Albusaidi, bertindak sebagai perantara dalam menyampaikan pesan antara kedua belah pihak.
Teheran dan Washington tidak memiliki hubungan diplomatik sejak revolusi Islam Iran pada 1979. Setelah kembali menjabat, Trump kembali menerapkan tekanan maksimum melalui sanksi terhadap Iran.
Sebelumnya, Trump mengirim surat kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang mendesak pembicaraan nuklir yang diperbarui dan memperingatkan tindakan militer jika diplomasi gagal. Trump juga menyatakan bahwa opsi militer tidak akan terburu-buru digunakan dalam menyelesaikan masalah ini.