Jakarta – Sebuah sumber dari Israel mengungkapkan bahwa sebagian cadangan uranium Iran yang telah diperkaya, dengan tingkat kemurnian mendekati level senjata, berhasil selamat dari serangan gabungan Amerika Serikat dan Israel pada bulan Juni lalu.
Menurut pejabat tersebut, yang berbicara kepada New York Times, keberadaan uranium yang lolos dari serangan itu masih belum diketahui. Israel, yang telah lama mencurigai program nuklir rahasia Iran, telah merencanakan serangan sejak akhir tahun lalu, berlandaskan informasi intelijen yang mengindikasikan percepatan produksi bom oleh Teheran.
Uranium yang diperkaya adalah uranium yang telah diproses untuk meningkatkan konsentrasi isotop uranium-235 (U-235), yang sangat penting untuk reaksi fisi nuklir. Kandungan U-235 antara 3-5% umum digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir sipil, sementara kandungan 90% atau lebih dapat digunakan dalam senjata nuklir.
Informasi mengenai program nuklir Iran ini mencuat setelah Israel berhasil menewaskan seorang pemimpin milisi Hizbullah di Beirut, Lebanon. Perdana Menteri Israel saat itu langsung menyusun rencana serangan ke Iran, dengan atau tanpa dukungan AS.
Meskipun awalnya ragu karena intelijen AS tidak menemukan bukti bahwa Iran sedang berupaya membuat senjata nuklir, AS akhirnya ikut membantu Israel mengebom situs-situs nuklir Iran. Operasi tersebut melibatkan penggunaan bom bunker buster seberat 30 ribu pon dan rudal Tomahawk.
Meskipun demikian, pejabat AS pada Januari lalu menyatakan ketidakpercayaan mereka bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Direktur Intelijen Nasional AS juga menyampaikan kepada Kongres pada bulan Maret bahwa tidak ada bukti Iran memproduksi senjata nuklir.
Sumber dari Israel itu tidak mengungkapkan kekhawatiran tentang cadangan uranium yang selamat. Ia menegaskan bahwa Israel akan menyerang Iran lagi jika Teheran mencoba membangun kembali program nuklirnya.
Beberapa pejabat intelijen Barat juga meyakini bahwa sebagian uranium yang diperkaya terkubur di bawah reruntuhan laboratorium nuklir Iran di Isfahan dan lokasi lainnya. Pejabat tersebut menyatakan bahwa AS dan Israel akan segera tahu jika Iran mencoba mengambil uranium tersebut, yang akan memicu serangan lanjutan.
Para ahli sepakat bahwa sentrifus Iran di Natanz dan Fordow telah rusak parah atau hancur. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah kapan Iran akan membangun kembali kemampuan nuklirnya, terutama setelah ilmuwan-ilmuwan topnya tewas.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, sempat mengindikasikan bahwa Iran mungkin telah memindahkan persediaan uraniumnya di Isfahan sebelum serangan. Namun, pejabat Israel menepis kemungkinan tersebut, menyatakan bahwa tidak ada pemindahan yang dilakukan sebelum serangan.
Menurut pejabat senior Israel, pengambilan uranium yang terkubur dan pemasangan sentrifus baru tidak akan luput dari pantauan satelit. Namun, jumlah sentrifus baru yang sedang dibuat Iran dan waktu kesiapan pemasangannya masih belum diketahui.