Rusia Dukung Program Nuklir Korea Utara, Peringatkan AS Terkait Aliansi di Asia

PYONGYANG – Rusia secara terbuka menyatakan dukungan terhadap program senjata nuklir Korea Utara (Korut), di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan. Dukungan ini disampaikan seiring dengan peringatan Moskow kepada Amerika Serikat (AS) untuk tidak mempererat kerjasama dengan sekutu-sekutu regionalnya di Asia, menyusul latihan militer gabungan yang melibatkan AS, Jepang, dan Korea Selatan.

Dalam kunjungannya ke Korea Utara, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa Moskow menghormati ambisi nuklir Pyongyang. Ia juga menyinggung pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait potensi kelanjutan dialog dengan Pyongyang.

"Tidak ada pihak yang mempertimbangkan penggunaan kekuatan terhadap Korea Utara, meskipun terjadi peningkatan aktivitas militer oleh Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang," ujar Lavrov.

Kunjungan Lavrov terjadi setelah Korea Selatan, Jepang, dan AS menggelar latihan udara bersama dengan melibatkan pesawat pengebom strategis B-52 dan jet tempur Amerika di wilayah perairan internasional.

"Kami menghormati aspirasi Korea Utara dan memahami alasan mereka mengejar pengembangan senjata nuklir," lanjut Lavrov.

Pandangan Lavrov ini mempertegas hubungan yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara. Pernyataan tersebut juga mengisyaratkan bahwa program senjata nuklir Pyongyang dipandang sebagai faktor pencegah. Sinyal tentang potensi dimulainya kembali kontak antara Pyongyang dan Washington juga menjadi sorotan penting.

"Presiden Trump telah menyatakan dukungan untuk melanjutkan kontak dengan Korea Utara, termasuk di tingkat tertinggi. Kami telah mendengar ini, dan rekan-rekan Korea kami juga telah mendengarnya," imbuhnya.

Komentar Lavrov terkait program senjata nuklir Pyongyang juga menyinggung bagaimana Korea Utara telah mengambil pelajaran penting jauh sebelum serangan Israel dan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

Seperti diketahui, sebelumnya Trump memerintahkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dengan tujuan melumpuhkan kemampuan Teheran dalam mengembangkan senjata nuklir.

Di sisi lain, kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov, mengungkap informasi mengenai pasokan amunisi dari Pyongyang ke Moskow untuk keperluan perang melawan Kyiv. "Korea Utara memiliki cadangan yang sangat besar dan produksi berjalan terus-menerus," ungkapnya.

Kunjungan Lavrov ke Korea Utara dilakukan beberapa minggu setelah Pyongyang menyetujui pengiriman 6.000 personel militer tambahan ke wilayah Kursk, Rusia, yang mana ribuan personel telah ditempatkan di sana sejak tahun lalu.

Scroll to Top