Gaza menghadapi krisis kelaparan yang sangat memprihatinkan. Puluhan anak-anak dilaporkan meninggal dunia akibat blokade bantuan yang diterapkan Israel.
Sejak Oktober 2023, setidaknya 67 anak telah menjadi korban kelaparan di Gaza. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat karena lebih dari 650.000 anak balita di Gaza berisiko mengalami malnutrisi parah akibat pembatasan akses terhadap makanan dan obat-obatan. "Kelaparan kini menjadi pembunuh yang lebih kejam daripada bom," demikian pernyataan dari pihak berwenang setempat.
Dalam tiga hari terakhir, puluhan kematian lainnya telah tercatat akibat blokade yang menghalangi masuknya tepung, susu formula, serta suplai nutrisi dan medis yang penting. Saat ini, sekitar 1,25 juta orang di Gaza menderita kelaparan parah, dengan 96% populasi, termasuk lebih dari 1 juta anak-anak, mengalami kerawanan pangan akut.
Situasi ini mendorong berbagai pihak untuk menyuarakan keprihatinan. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan tentang konsekuensi kesehatan yang mengerikan akibat blokade yang masih berlangsung. Tanpa sabun dan air bersih, anak-anak di Gaza tidak dapat menjaga kebersihan diri dengan layak. Kondisi ini, diperburuk dengan tempat penampungan yang padat dan panasnya musim panas, dapat memicu masalah kesehatan yang serius.
Serangan yang terus-menerus sejak 7 Oktober 2023 telah merenggut nyawa hampir 57.900 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Pengeboman yang tak henti-hentinya telah menghancurkan wilayah tersebut dan menyebabkan kekurangan pangan serta penyebaran penyakit.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.