Perjanjian dagang komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (IEU-CEPA) akan segera disahkan setelah satu dekade perundingan. Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa sepakat untuk memfinalisasi perjanjian ini dalam waktu dekat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa perubahan konstelasi geopolitik global menjadi salah satu faktor pendorong Uni Eropa untuk mempercepat kesepakatan ini. Situasi dunia yang dinamis telah mengubah pandangan Eropa terhadap Indonesia.
Indonesia kini dipandang sebagai mitra strategis dengan potensi perdagangan yang signifikan. Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan tren positif dalam hubungan ekonomi kedua belah pihak, dengan nilai perdagangan mencapai US$ 30,1 miliar pada tahun 2024. Surplus neraca perdagangan juga meningkat tajam, dari US$ 2,5 miliar di tahun 2023 menjadi US$ 4,5 miliar pada tahun 2024.
Ambisi Indonesia untuk bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) juga menjadi pertimbangan penting bagi Uni Eropa. Keanggotaan OECD menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pandangan yang sejalan dengan negara-negara maju Eropa.
OECD merupakan organisasi yang beranggotakan negara-negara besar dan maju di dunia yang berfokus pada kerja sama ekonomi.
"Kita dianggap sudah mulai menjadi like-minded countries karena proses masuk OECD. Ekonomi Indonesia juga diproyeksikan akan terus meningkat," ujar Airlangga.
Lebih lanjut, Uni Eropa mengakui peran penting Indonesia sebagai kekuatan utama di kawasan Asia Tenggara. Diharapkan, Indonesia dapat menjadi pionir dalam kerja sama antara Uni Eropa dan negara-negara lain di kawasan ini. Negara-negara ASEAN lain, seperti Malaysia dan Thailand, juga menunjukkan minat untuk menjalin kerja sama serupa.