Dokter Bedah AS: Sniper Israel Sengaja Targetkan Anak-Anak di Gaza

Seorang dokter bedah asal Amerika Serikat, Mark Perlmutter, menyampaikan tuduhan serius mengenai tindakan penembak jitu Israel di Gaza. Perlmutter, yang menjadi sukarelawan di rumah sakit Eropa Khan Younis, mengaku melihat bukti bahwa anak-anak Palestina menjadi sasaran penembakan yang disengaja.

Perlmutter mengklaim telah menangani kasus dua anak yang masing-masing ditembak dua kali oleh penembak jitu dari jarak jauh. Ia menegaskan, "Tidak mungkin seorang anak tertembak dua kali karena kesalahan." Lebih lanjut, ia menyatakan tidak melihat adanya pejuang Palestina, baik yang hidup maupun yang menjadi pasien.

Dalam wawancara, Perlmutter menggambarkan bagaimana ia melihat dua anak tertembak tepat di dada dan sisi kepala. Menurutnya, "Tidak mungkin balita ditembak dua kali secara tidak sengaja oleh ‘penembak jitu terbaik di dunia’."

Perlmutter mengecam negara-negara Barat, termasuk AS, atas dukungan mereka terhadap tindakan Israel. Ia menyebut bahwa bantuan militer yang terus diberikan AS kepada Israel sejak konflik dimulai, membuat mereka terlibat dalam "genosida" di Gaza. "Dunia Barat membayar bom yang membakar anak-anak hingga tewas," tegasnya.

Perlmutter, seorang ahli bedah ortopedi dan wakil presiden International College of Surgeons, bertugas sebagai sukarelawan di Gaza dari akhir April hingga pertengahan Mei 2024. Ia menggambarkan situasi yang disaksikannya sebagai "pembantaian terhadap warga sipil" yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Korban sipil, menurutnya, hampir seluruhnya adalah anak-anak.

Ia menambahkan bahwa ia telah melihat lebih banyak anak yang terbakar dan terluka parah dibandingkan sepanjang karirnya. Beberapa dokter bahkan memeriksa hasil CT scan untuk memastikan apa yang mereka lihat, karena mereka "tidak percaya bahwa begitu banyak anak bisa dirawat di satu rumah sakit dengan luka tembak di kepala."

Merespon tuduhan tersebut, seorang juru bicara membantah bahwa IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dengan sengaja menargetkan anak-anak. Mereka menekankan bahwa berada di zona pertempuran aktif memiliki risiko yang melekat dan menyerukan evakuasi warga sipil dari zona tersebut.

PBB melaporkan bahwa lebih dari 80% penduduk Gaza telah mengungsi, dan sebagian besar bangunan hancur. Hal ini berdampak buruk pada kesejahteraan anak-anak. Para dokter bahkan menciptakan istilah "WCNSF" (Anak Terluka Tanpa Keluarga yang Selamat) untuk menggambarkan banyaknya anak Palestina yang kehilangan anggota keluarga mereka akibat konflik tersebut.

Scroll to Top