Pekan lalu, pasar keuangan Indonesia menunjukkan performa yang menggembirakan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level 7000, nilai tukar rupiah relatif stabil, dan obligasi menjadi incaran para investor. Sementara itu, Wall Street justru mengalami tekanan akibat isu tarif yang kembali digaungkan oleh Donald Trump dan spekulasi mengenai pengunduran diri Jerome Powell dari jabatannya sebagai Ketua The Fed.
IHSG pada penutupan perdagangan Jumat (11 Juli 2024) menguat 0,60% ke level 7.0747,43, mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 2,65% dan reli selama lima hari berturut-turut. Pasar saham juga diwarnai dengan aktivitas perdagangan yang tinggi, dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp12 triliun.
Sejumlah saham IPO (Initial Public Offering) mencuri perhatian, dengan mencatatkan Auto Reject Atas (ARA), seperti PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), dan PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT). Saham PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI) juga mengalami lonjakan harga yang signifikan.
Investor asing juga mulai kembali memburu saham-saham di pasar modal Indonesia, dengan mencatatkan net buy sebesar Rp459,14 miliar pada hari Jumat. Saham-saham BUMN seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi incaran utama investor asing.
Di pasar valuta asing, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung stabil, meskipun secara mingguan mengalami pelemahan tipis sebesar 0,15%. Stabilitas rupiah ini terjaga meskipun isu tarif kembali mencuat.
Sementara itu, pasar obligasi Indonesia tetap menarik bagi investor, tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ke level terendah sejak awal tahun, yaitu 6,57%. Penurunan yield mengindikasikan peningkatan harga obligasi karena permintaan yang tinggi.
Namun, bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup pekan lalu dengan hasil yang kurang memuaskan. Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite kompak melemah akibat ancaman tarif yang kembali dilontarkan oleh Presiden AS Donald Trump, kali ini menyasar Kanada.
Fokus Pasar Pekan Ini
Pekan ini, pasar keuangan Indonesia akan disibukkan dengan berbagai rilis data eksternal, termasuk:
- Pengumuman Seputar Tarif Trump: Pasar akan mencermati dampak pengumuman tarif impor sebesar 30% terhadap produk dari Uni Eropa (UE) dan Meksiko.
- Kabar Jerome Powell Mau Resign dari The Fed: Spekulasi mengenai kemungkinan pengunduran diri Jerome Powell sebagai Ketua The Fed akan menjadi perhatian investor.
- Data Inflasi AS: Rilis data inflasi AS periode Juni 2025 akan memberikan gambaran mengenai potensi kenaikan suku bunga oleh The Fed.
- Harga Produsen AS: Indeks Harga Produsen (IHP) AS periode Juni 2025 juga akan dirilis dan memberikan indikasi tekanan inflasi dari sisi produsen.
- Neraca Dagang China: Data neraca dagang China periode Juni 2025 akan memberikan gambaran mengenai kinerja ekspor dan impor negara tersebut.
- Pertumbuhan Ekonomi China: Rilis data pertumbuhan domestic bruto (PDB) China periode kuartal II 2025 akan memberikan indikasi mengenai kondisi ekonomi negara tersebut.
- Suku Bunga BI: Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan suku bunga RI yang akan sangat dinantikan oleh pelaku pasar.
- Musim Laporan Keuangan Semester I/2025 Tiba: Investor akan mencermati rilis laporan keuangan emiten untuk periode semester I/2025, terutama dari sektor perbankan, barang konsumsi, dan ritel.
Meskipun terdapat tantangan eksternal, pasar keuangan Indonesia masih memiliki potensi untuk terus tumbuh, didukung oleh faktor-faktor internal seperti parade IPO dan valuasi saham-saham bank yang menarik.