GAZA – Upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza terancam gagal. Hamas dan Israel saling menyalahkan atas kebuntuan perundingan, setelah berbulan-bulan konflik yang dahsyat.
Sumber dari Palestina yang terlibat dalam perundingan di Qatar mengungkapkan, usulan Israel untuk tetap menempatkan pasukannya di wilayah Gaza menjadi penghalang utama kesepakatan jeda kemanusiaan selama 60 hari.
Di sisi lain, pejabat Israel menuduh Hamas bersikap kaku dan sengaja menggagalkan perundingan.
Situasi di lapangan semakin memprihatinkan. Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan, puluhan orang tewas akibat serangan di berbagai wilayah, termasuk serangan udara yang menghantam tempat penampungan pengungsi.
Hambatan Utama dalam Perundingan
Berikut beberapa poin krusial yang menjadi batu sandungan dalam perundingan gencatan senjata:
- Serangan Terhadap Tempat Penampungan: Serangan terus berlanjut, menargetkan tempat-tempat yang seharusnya aman bagi warga sipil.
- Kesepakatan Pembebasan Sandera: Ribuan orang di Tel Aviv turun ke jalan, mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pembebasan sandera yang masih ditawan. Baik Hamas maupun Israel menyatakan kesediaan membebaskan sandera jika kesepakatan tercapai.
- Rencana Kamp Penampungan Warga Gaza: Penolakan Israel untuk menarik pasukan sepenuhnya dari Gaza menjadi penghalang utama kemajuan perundingan.
- Peta Baru: Israel mengusulkan peta yang akan mempertahankan militernya di lebih dari 40 persen wilayah Palestina, memaksa ratusan ribu warga Palestina mengungsi ke wilayah sempit di dekat Rafah. Hamas menolak peta tersebut, karena dianggap melegitimasi pendudukan kembali sebagian besar Jalur Gaza.
- Operasi Militer: Militer Israel mengklaim telah menyerang ratusan target di seluruh Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir.
Sebelumnya, dua gencatan senjata singkat telah menghasilkan pembebasan sejumlah sandera dengan imbalan tahanan Palestina. Namun, perundingan kali ini menghadapi tantangan yang signifikan.
Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa melumpuhkan Hamas sebagai ancaman keamanan merupakan syarat mutlak untuk perundingan gencatan senjata jangka panjang, termasuk pelucutan senjata.
Perundingan terus berlanjut, namun prospek perdamaian masih jauh dari kepastian.