Ekonomi Singapura Tumbuh Melampaui Ekspektasi di Tengah Ketidakpastian Global

Singapura mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, melampaui perkiraan sebelumnya. Pada kuartal kedua, ekonomi negara tersebut tumbuh 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Ketahanan ini dicapai di tengah ketidakpastian ekonomi global yang melanda dunia.

Kementerian Perdagangan Singapura sebelumnya memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk periode April hingga Juni sebesar 3,5%. Namun, angka aktual menunjukkan kinerja yang lebih kuat.

Secara kuartalan, PDB Singapura mengalami pertumbuhan sebesar 1,4% dalam tiga bulan, dari April hingga Juni. Pertumbuhan ini berhasil menghindari Singapura dari resesi teknikal, setelah mengalami kontraksi sebesar 0,5% pada kuartal pertama.

Kinerja ekonomi yang solid ini sebagian didorong oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Jeda dalam perang tarif memungkinkan percepatan ekspor, yang membantu mengurangi dampak negatif dari tarif.

Meskipun demikian, pemerintah Singapura tetap waspada terhadap prospek jangka panjang. Menteri Perdagangan sebelumnya menyatakan bahwa ekonomi kemungkinan akan tetap stabil selama paruh pertama tahun 2025, berkat upaya pelaku usaha dalam memanfaatkan jeda tarif untuk meningkatkan ekspor ke AS. Namun, pertumbuhan diperkirakan akan melambat dalam 6 hingga 12 bulan mendatang.

Kementerian Perdagangan telah merevisi proyeksi pertumbuhan PDB Singapura untuk tahun 2025 menjadi antara 0 hingga 2%, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 1 hingga 3%.

Seorang ekonom memprediksi PDB Singapura akan tumbuh 2,4% pada tahun 2025. Dengan mempertimbangkan kekuatan ekonomi saat ini, bank sentral diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang ada pada peninjauan bulan ini.

Di sisi lain, Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 20% hingga 50% kepada lebih dari 20 negara, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus. Singapura termasuk di antara negara-negara tersebut, dengan tarif yang dikenakan sebesar 25%. Pemerintah AS juga memperingatkan akan mengambil tindakan balasan jika ada negara yang merespons dengan tindakan serupa.

Scroll to Top