Peneliti dari Universitas Indonesia (UI) menguak potensi tersembunyi daun beluntas dalam melawan HIV. Riset terbaru menunjukkan bahwa senyawa alami yang terkandung dalam daun yang mudah ditemukan di pekarangan rumah ini memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan protein Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Daun beluntas dipilih karena kaya akan senyawa fenolik dan telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Lebih menarik lagi, penelitian ini menggunakan pelarut alami berbasis bahan hayati yang dikenal sebagai Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) sebagai alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan dalam proses ekstraksi.
Formulasi NADES optimal ditemukan pada kombinasi glisin dan asam laktat dengan rasio molar 1:3 serta penambahan air sebesar 50 persen. Dari proses ini, berhasil dipisahkan senyawa utama bernama 3,5-dikafeoilquinat (3,5-DCQA), yang kemudian menjadi fokus penelitian lebih lanjut.
Hasilnya menggembirakan! Ekstrak NADES dan fraksi kaya 3,5-DCQA menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiretroviral yang signifikan secara in vitro. Studi in silico juga mengindikasikan bahwa 3,5-DCQA berpotensi menghambat protein gp120 HIV-1, sebuah target krusial dalam fase awal infeksi HIV.
Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan 3,5-DCQA sebagai kandidat bahan aktif dalam formulasi obat herbal antiretroviral yang berasal dari kekayaan alam Indonesia. Capaian ini menegaskan potensi besar sumber daya hayati Indonesia dalam pengembangan fitofarmaka yang mampu bersaing di kancah global, serta memperkuat posisi riset dalam pemanfaatan NADES.