Yogyakarta Siaga Leptospirosis: Perangkap Tikus Dikerahkan, Kasus Kematian Meningkat

Kota Yogyakarta tengah berjuang melawan lonjakan kasus leptospirosis yang memprihatinkan. Hingga Juli 2025, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini telah merenggut enam nyawa. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta bergerak cepat dengan meluncurkan berbagai upaya pencegahan, termasuk pemasangan perangkap tikus secara massal.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta telah menyebarkan 100 perangkap tikus di area permukiman padat, terutama di sekitar rumah warga yang terjangkit leptospirosis. Langkah ini diambil untuk mengidentifikasi apakah tikus di wilayah tersebut membawa bakteri Leptospira.

Petugas memasang perangkap di 50 rumah, masing-masing dengan dua perangkap – satu di dalam dan satu di luar rumah. Perangkap dipasang sore hari dan dibiarkan semalaman, karena tikus lebih aktif pada malam hari. Keesokan paginya, tikus yang tertangkap dibedah dan ginjalnya diambil untuk diuji di laboratorium.

Sampel ginjal tikus akan diperiksa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat untuk mendeteksi keberadaan bakteri Leptospira. Hasil pemeriksaan diperkirakan akan keluar dalam dua minggu.

Kondisi leptospirosis di Yogyakarta memang mengkhawatirkan. Sejak Januari hingga Juli 2025, tercatat 19 kasus dengan enam kematian, menjadikan tingkat kematian (CFR) mencapai 31%. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2024 yang hanya mencatat 10 kasus dengan dua kematian.

Sebagai respons, Pemkot Yogyakarta telah menerbitkan Surat Edaran Wali Kota Nomor 100.3.4 / 2407 Tahun 2025 tentang kewaspadaan terhadap leptospirosis dan hantavirus.

Penyebaran leptospirosis telah terjadi di 11 dari 14 kemantren di Kota Yogyakarta. Meskipun tiga wilayah, yaitu Kraton, Danurejan, dan Gondomanan, masih nihil kasus, kewaspadaan tetap ditingkatkan di seluruh wilayah.

Selain memasang perangkap tikus, Pemkot juga melakukan fumigasi untuk membasmi tikus. Sampel tanah di sekitar lokasi kasus juga diperiksa, dan hasilnya menunjukkan adanya kontaminasi bakteri Leptospira akibat urine tikus. Tanah yang positif bakteri langsung didisinfeksi.

Penularan leptospirosis terjadi ketika luka di kulit manusia bersentuhan dengan tanah, air, atau genangan yang tercemar urine tikus. Jika tidak segera diobati, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal ginjal.

Pemkot berharap upaya pencegahan yang intensif ini dapat menekan penyebaran leptospirosis. Masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghindari genangan air, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami demam atau gejala mencurigakan lainnya.

Scroll to Top