Jakarta – Harga emas global mengalami penurunan setelah mencetak reli selama tiga hari berturut-turut. Pelemahan ini terjadi setelah emas mencapai level tertinggi dalam tiga minggu terakhir, di tengah sorotan terhadap perundingan tarif perdagangan, data ekonomi Amerika Serikat (AS), serta penguatan indeks dolar AS.
Pada hari Senin (14/7/2025), harga emas dunia turun 0,36% menjadi US$3.343,52 per troy ons. Namun, pada perdagangan hari Selasa (15/7/2025) hingga pukul 06.31 WIB, harga emas di pasar spot sedikit menguat sebesar 0,01% ke posisi US$3.343,86 per troy ons.
Kenaikan indeks dolar AS turut membebani pergerakan harga emas. Pada hari Senin (14/7/2025), indeks dolar AS (DXY) naik 0,23% ke level 98,08, memperpanjang penguatan selama enam hari berturut-turut. Dolar yang menguat membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Analis komoditas dari TD Securities, Bart Melek, menyatakan bahwa aksi ambil untung menjadi salah satu faktor pendorong penurunan harga emas setelah mengalami kenaikan signifikan. Meski demikian, ia menilai bahwa pasar emas secara keseluruhan masih diminati.
Perkembangan terkait kesepakatan dagang antara Uni Eropa dan Korea Selatan dengan Presiden AS Donald Trump juga menjadi perhatian pasar. Trump sebelumnya mengumumkan rencana pengenaan tarif 30% pada sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai bulan depan, serta memberikan peringatan serupa kepada negara-negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan.
Saat ini, investor menantikan data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada hari Selasa dan laporan Indeks Harga Produsen (IHP) pada hari Rabu. Data-data tersebut diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) di masa depan.
Melek menambahkan bahwa pernyataan Presiden AS yang menginginkan suku bunga yang lebih rendah pada akhirnya akan mendukung harga emas. Emas menjadi aset yang menarik dalam lingkungan suku bunga rendah karena tidak memberikan imbal hasil.