Situasi di Suriah kembali memanas setelah Menteri Pertahanan Murhaf Abu Qasra mengumumkan gencatan senjata tak lama usai pasukan pemerintah memasuki Suwaida. Pengumuman ini menyusul bentrokan berdarah yang menewaskan puluhan orang dan laporan serangan Israel di wilayah tersebut.
Menurut Abu Qasra, gencatan senjata disepakati dengan tokoh-tokoh Suwaida. Pasukan pemerintah akan merespons jika ada tembakan dan mengatasi kelompok di luar hukum.
Konflik dipicu penculikan dan serangan balasan antara suku Badui Sunni dan faksi bersenjata Drusen. Pasukan keamanan yang diterjunkan untuk memulihkan ketertiban juga terlibat bentrok dengan kelompok Drusen.
Di tengah kekacauan, Israel menyerang tank militer Suriah, mengklaim tindakan itu untuk melindungi minoritas Drusen yang loyal.
Awalnya, pemuka agama Drusen menyerukan agar faksi bersenjata menyerahkan senjata. Namun, seruan itu dicabut oleh Sheikh Hikmat al-Hijri, tokoh spiritual Drusen yang menentang pemerintah. Ia menuduh pemerintah melanggar janji dan menyerang warga sipil.
Video yang beredar menunjukkan pejuang bersenjata menahan tawanan Drusen, meneriakkan slogan sektarian, dan melakukan kekerasan.
Drusen adalah sekte agama minoritas yang sebagian besar tinggal di Suriah. Kekerasan yang terjadi memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik sektarian. Penyergapan sebelumnya terhadap pasukan keamanan juga memicu kekerasan yang menewaskan ratusan warga sipil, sebagian besar Alawit.
Pemerintah telah membentuk komisi untuk menyelidiki serangan tersebut, namun hasilnya belum diumumkan.
Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan campur tangan Israel. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa militer Israel menyerang target di Suriah sebagai peringatan agar kaum Drusen tidak disakiti.
Meskipun banyak warga Drusen menolak intervensi Israel, kecurigaan terhadap pemerintah baru tetap tinggi, terutama setelah serangan terhadap kelompok Alawit dan minoritas lainnya.