Jakarta – Ketegangan di Suriah meningkat tajam setelah Israel melancarkan serangan ke wilayah tersebut, bertepatan dengan pecahnya konflik antara suku Badui Arab dan komunitas Druze.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melalui juru bicara berbahasa Arab, Avichay Adraee, mengonfirmasi serangan tersebut menargetkan wilayah Sweida atau Suwayda. IDF menyatakan serangan ini menyasar sejumlah tank di wilayah Sami, Suriah selatan.
Media lokal Suriah melaporkan serangan udara Israel menghantam tiga desa di Sweida. Kementerian Pertahanan Israel mengklaim tindakan ini dilakukan untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih luas.
Menteri Luar Negeri Israel, Katz, menyampaikan bahwa serangan tersebut adalah "peringatan jelas" kepada pemerintah Suriah jika komunitas Druze terancam. Hubungan historis antara Druze dan Israel terjalin sejak perang 1948, di mana komunitas Druze berpihak pada Yahudi. Saat ini, terdapat sekitar 140.000 warga Druze di Israel.
Konflik antara suku Badui Arab dan Druze sendiri meletus pada Minggu, dipicu oleh penangkapan seorang penjual sayur Druze oleh anggota suku Badui di jalan utama antara Sweida dan Damaskus. Insiden ini memicu serangkaian penculikan balasan dan berujung pada bentrokan bersenjata.
Laporan dari Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan bahwa konflik ini telah menewaskan 89 orang, termasuk anggota Druze, warga sipil, anggota suku Badui, dan pasukan keamanan.
Situasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintahan sementara Ahmad Al Sharaa, yang menggantikan Bashar Al Assad pada Desember 2024. Al Sharaa, yang berjanji membawa perdamaian, kini harus menghadapi serangkaian konflik yang terus mengguncang Suriah. Sebelumnya, pada April lalu, bentrokan antara Druze dan pasukan keamanan juga menelan lebih dari 100 korban jiwa.