Aktivitas pasar keuangan Indonesia sepanjang minggu lalu menunjukkan dinamika yang beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan, sementara obligasi kembali menjadi incaran para investor. Namun, di sisi lain, nilai tukar rupiah masih tertekan dalam tren pelemahan.
Perdagangan di Wall Street juga ditutup dengan hasil yang bervariasi (mixed), dibayangi oleh kekhawatiran atas ketidakpastian tarif yang berpotensi memicu perang dagang, terutama dengan Tiongkok.
Pada hari ini, fokus pasar keuangan akan tertuju pada data dalam negeri terkait neraca perdagangan. Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati dampak dari hasil negosiasi tarif impor barang dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS).
Performa Pasar Modal dan Obligasi
Dalam periode perdagangan yang relatif singkat minggu lalu, IHSG menunjukkan tren positif dengan mencatatkan penguatan. Pada penutupan perdagangan terakhir, IHSG menguat 0,60% ke level 6.438,27. Secara mingguan, indeks saham ini berhasil mempertahankan zona hijau dengan kenaikan sebesar 2,95%.
Sektor bahan baku menjadi pendorong utama penguatan IHSG, dengan mencatatkan kenaikan yang signifikan. Saham-saham seperti AMMN dan TLKM turut memberikan kontribusi besar terhadap performa positif indeks.
Sejalan dengan penguatan IHSG, obligasi negara juga diminati oleh para investor. Hal ini tercermin dari penurunan yield obligasi acuan RI tenor 10 tahun.
Tekanan pada Rupiah dan Sentimen Global
Meskipun pasar saham dan obligasi menunjukkan tren positif, nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan pelemahan sepanjang minggu lalu. Pelemahan ini terjadi meskipun indeks dolar AS cenderung stabil.
Sentimen global turut mempengaruhi pergerakan pasar keuangan. Perang dagang antara AS dan Tiongkok menjadi perhatian utama, terutama setelah AS mengancam akan mengenakan tarif tinggi terhadap produk-produk Tiongkok. Ketegangan ini memicu kekhawatiran akan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Fokus Pasar Hari Ini dan Sentimen Pekan Ini
Pada hari ini, pasar akan menantikan rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk periode Maret 2025. Data ini akan memberikan gambaran mengenai kinerja ekspor dan impor, serta surplus atau defisit perdagangan.
Selain itu, pasar juga akan mencermati perkembangan terkait negosiasi tarif antara Indonesia dan AS. Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah diplomasi untuk membahas kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh AS.
Beberapa sentimen penting yang akan mempengaruhi pasar keuangan pekan ini meliputi:
- Keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI).
- Data uang beredar (M2) Indonesia.
- Pertemuan Musim Semi IMF.
- Data PMI Manufaktur, Jasa, dan Komposit AS.
Hasil Awal Negosiasi Tarif RI-AS
Pemerintah Indonesia telah melakukan negosiasi dengan AS terkait kebijakan tarif. Beberapa poin penting yang disepakati dalam negosiasi awal meliputi:
- Komitmen Indonesia meningkatkan impor energi dari AS.
- Peningkatan impor produk agrikultur AS.
- Fasilitasi investasi perusahaan AS di RI.
- Kerja sama strategis mineral kritis.
- Kemitraan SDM dan ekonomi digital.
- Evaluasi tarif produk ekspor RI yang terlalu tinggi.
- Kesepakatan menyusun kerangka kerja sama dalam 60 hari.
- Relaksasi TKDN dibahas.
- Pemerintah menyiapkan paket deregulasi.
- Mendorong diversifikasi pasar ekspor.
Menanti Data Neraca Dagang RI dan Suku Bunga China
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode Maret 2025. Pasar memperkirakan neraca perdagangan akan mencatatkan surplus, meskipun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Bank Sentral China (PBoC) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga negaranya. Keputusan ini akan menjadi perhatian pasar di tengah memanasnya perang dagang dengan AS.