Kabar gembira bagi para pengguna internet! Setelah lebih dari dua dekade menjadi ancaman tersembunyi, celah keamanan yang berpotensi membocorkan riwayat penjelajahan web akhirnya ditutup. Google Chrome menjadi pelopor dalam menambal kerentanan ini.
Bayangkan, setiap tautan yang Anda klik meninggalkan jejak berupa perubahan warna. Fitur sederhana ini, yang seharusnya memudahkan navigasi, ternyata bisa dimanfaatkan oleh pihak jahat untuk mengintip situs web apa saja yang pernah Anda kunjungi. Teknik ini dikenal dengan istilah browser history sniffing.
Ambil contoh, Anda mengunjungi Situs A dan mengklik tautan menuju Situs B. Website dengan niat buruk dapat dengan mudah memeriksa apakah warna tautan ke Situs B sudah berubah. Jika ya, mereka tahu Anda pernah mengunjungi Situs B.
Mengapa ini berbahaya? Karena riwayat penjelajahan bisa mengungkap informasi sensitif tentang minat, kebutuhan, atau bahkan masalah pribadi Anda. Misalnya, jika Anda sering mengunjungi situs tentang kesehatan mental atau keuangan, informasi ini bisa disalahgunakan.
Celah keamanan ini sebenarnya sudah diketahui sejak awal tahun 2000-an. Berbagai upaya mitigasi telah dilakukan, namun cara untuk "mengintip" warna tautan terus berkembang.
Kini, Google hadir dengan solusi lewat pembaruan Chrome 136. Pembaruan ini memperkenalkan pendekatan baru yang disebut partitioned visited link history. Sistem ini memecah riwayat tautan berdasarkan URL, domain situs utama, dan asal bingkai (frame). Dengan demikian, informasi tentang apakah suatu tautan pernah dikunjungi tidak lagi tersedia secara global antar situs.
Singkatnya, situs web tidak lagi bisa sembarangan mengecek riwayat kunjungan Anda ke domain lain. Privasi Anda pun menjadi lebih terlindungi. Chrome menjadi browser utama pertama yang secara efektif mematikan teknik history sniffing ini.
Pembaruan Chrome 136 saat ini masih tersedia di kanal Beta, dan diperkirakan akan dirilis ke saluran stabil pada 23 April 2025. Jadi, pastikan Anda segera memperbarui Chrome Anda setelah tersedia!