Pernah bertanya-tanya mengapa nyamuk seolah punya target favorit? Di satu ruangan, seseorang bisa jadi bulan-bulanan gigitan nyamuk, sementara yang lain aman sentosa. Ternyata, ada alasan ilmiah di baliknya, bukan sekadar nasib buruk.
Nyamuk ternyata memiliki preferensi terhadap individu tertentu, dan keringat adalah salah satu kuncinya. Zat-zat seperti amonia dan asam laktat yang dikeluarkan melalui keringat sangat menarik bagi nyamuk. Selain itu, karbon dioksida (CO₂) dari hembusan napas dan suhu tubuh yang hangat juga menjadi daya tarik tersendiri.
Zat-zat tersebut bertindak sebagai atraktan, atau pemikat bagi nyamuk. Jadi, orang yang cenderung mudah berkeringat memiliki risiko lebih tinggi untuk digigit. Bagi mereka yang berkeringat banyak, menjaga kebersihan tubuh dan menggunakan produk antinyamuk yang efektif sangat disarankan.
Namun, lupakan mitos tentang makanan pahit seperti pare atau daun pepaya yang bisa membuat darah "kebal" terhadap nyamuk. Begitu pula dengan anggapan bahwa makanan manis membuat darah lebih menarik, semua itu belum terbukti secara ilmiah.
Faktor utama yang memengaruhi ketertarikan nyamuk adalah bau badan, keringat, karbon dioksida, suhu tubuh, dan bahkan warna pakaian. Nyamuk cenderung lebih tertarik pada warna gelap.
Jangan mudah percaya pada mitos yang beredar soal cara menghindari gigitan nyamuk. Dengan memahami penyebab sebenarnya, kita bisa melindungi diri dengan lebih baik dari gigitan nyamuk, dan juga terhindar dari risiko penyakit berbahaya seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan infeksi lainnya.
Kuncinya adalah mengenali faktor pemicu dan menerapkan langkah pencegahan yang tepat. Jaga kebersihan diri dan lingkungan, gunakan lotion anti nyamuk, dan hindari mengenakan pakaian gelap saat berada di area rawan nyamuk.