Tel Aviv – Ketegangan kembali memuncak di perbatasan Israel-Lebanon. Serangan udara Israel menyasar Lembah Bekaa, menewaskan sedikitnya 12 orang.
Menurut laporan media pemerintah Lebanon, serangan itu terjadi pada hari ini. Militer Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan aset-aset penting milik Hizbullah di wilayah tersebut. Sasarannya adalah pasukan elit Radwan. Serangan ini terjadi meskipun kedua belah pihak terikat perjanjian gencatan senjata.
Militer Israel menyatakan serangan udara dilancarkan terhadap target-target teroris Hizbullah di Lembah Bekaa. Termasuk fasilitas pelatihan yang diduga digunakan untuk merencanakan serangan terhadap Israel.
Sementara itu, Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa pesawat tempur musuh menyerang daerah Wadi Fara di Lembah Bekaa utara. Sebuah kamp pengungsi Suriah menjadi salah satu sasaran, mengakibatkan 12 orang tewas, termasuk tujuh warga Suriah, serta delapan lainnya luka-luka.
Israel berulang kali melakukan pengeboman di Lebanon meski sudah ada gencatan senjata sejak November lalu. Gencatan senjata itu bertujuan untuk mengakhiri permusuhan yang berlangsung lebih dari setahun antara Israel dan Hizbullah, termasuk perang dua bulan yang lalu.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa serangan ini adalah pesan tegas bagi Hizbullah dan pemerintah Lebanon, yang dianggap bertanggung jawab atas penegakan perjanjian gencatan senjata.
"Kami akan menyerang setiap teroris dan menggagalkan setiap ancaman terhadap penduduk di utara dan terhadap Negara Israel," tegasnya.
Katz juga memperingatkan akan menanggapi dengan kekuatan penuh setiap upaya untuk membangun kembali kemampuan Hizbullah. Unit Radwan disebut berupaya memulihkan kemampuannya setelah komandan mereka tewas oleh Israel.
Israel menuduh Radwan menyimpan senjata dan melakukan aktivitas ilegal di lokasi yang diserang. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan antara Israel dan Lebanon, serta ancaman bagi masa depan.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata November, Hizbullah harus menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel. Hanya tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB yang diizinkan berada di wilayah tersebut. Israel harus menarik pasukannya sepenuhnya dari Lebanon, kecuali di lima lokasi strategis yang tetap mereka kuasai.