Malaysia Menolak Calon Duta Besar AS Pro-Israel, Nick Adams

Jakarta – Penolakan besar-besaran muncul dari masyarakat Malaysia terhadap pencalonan Nick Adams sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Malaysia. Alasan utama penolakan ini adalah pandangan Adams yang dianggap pro-Israel, konservatif, serta seringkali melontarkan pernyataan yang mengandung unsur kebencian.

Partai Amanah, yang merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Anwar Ibrahim, menilai penunjukan Adams sebagai bentuk penghinaan terhadap Malaysia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Mereka berpendapat bahwa Adams lebih tepat disebut sebagai propagandis sayap kanan ekstrem dan pendukung setia mantan Presiden Trump serta rezim Zionis Israel, bukan seorang diplomat atau negarawan.

Kritik juga menyoroti retorika Adams di media sosial yang dinilai penuh dengan sentimen kebencian, rasisme, dan Islamofobia. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan harapan hubungan bilateral yang matang antara Malaysia dan Amerika Serikat.

Reaksi keras juga datang dari netizen Malaysia. Selain dikenal sebagai loyalis Trump, Adams juga dianggap misoginis dan seksis. Beberapa komentar bahkan menyebutkan bahwa Adams mungkin tidak akan merasa nyaman di Malaysia karena tidak adanya restoran Hooters, yang terkenal dengan daya tarik seksual pelayan wanitanya.

Salah satu pengguna media sosial juga menyoroti tindakan Adams yang pernah meminta pemilik Hooters untuk memecat karyawan yang mengenakan pin "Free Palestine". Tindakan ini dianggap sebagai bentuk pengecut dan menunjukkan bahwa Adams serta pandangan kebenciannya tidak diterima di Malaysia.

Penolakan ini muncul di tengah kecaman keras Malaysia terhadap agresi Israel ke Palestina, serta dukungan yang diberikan oleh Amerika Serikat. Penunjukan Adams sebagai pengganti Edgard Kagan dianggap mengejutkan, terutama bagi komunitas Muslim. Amerika Serikat biasanya menunjuk diplomat karir untuk Malaysia mengingat kehati-hatian dan kebijakan luar negeri yang khas dari negara Asia Tenggara ini.

Scroll to Top