Sering merasakan mata perih, seperti ada pasir, atau mudah lelah saat menatap layar? Jangan anggap remeh! Keluhan yang sering dianggap sebagai mata kering biasa ini, ternyata bisa jadi sinyal awal dari masalah kesehatan yang lebih besar, bahkan penyakit autoimun.
Mata kering bukanlah kondisi ringan. Pada sebagian orang, ini bisa menjadi petunjuk adanya proses autoimun di dalam tubuh. Penyakit autoimun, seperti Sindrom Sjogren, lupus, dan rheumatoid arthritis, menyerang sistem kekebalan tubuh. Alih-alih melindungi, sistem imun justru menyerang jaringan sehat, menyebabkan peradangan kronis yang dapat merusak berbagai organ, termasuk mata.
Berbagai studi telah membuktikan adanya hubungan erat antara penyakit autoimun dan mata kering. Diperkirakan, 10 hingga 95% pasien dengan gangguan sistem imun mengalami gejala mata kering dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Bahkan, sekitar 10% pasien mata kering ternyata menderita Sindrom Sjogren, kondisi autoimun kronis yang menyerang kelenjar air mata dan air liur.
Ironisnya, banyak kasus penyakit autoimun yang tidak terdiagnosis. Akibatnya, penanganan yang tepat terlambat diberikan. Di Indonesia sendiri, prevalensi mata kering diperkirakan mencapai 27,5% hingga 30,6%, menjadikannya salah satu gangguan mata yang paling umum.
Ketika sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata, produksi air mata menurun drastis, menyebabkan peradangan kronis dan memperparah gejala mata kering. Karena itu, penting untuk memahami bahwa mata kering bisa jadi sinyal dari kondisi medis yang lebih serius.
Gejala awal penyakit autoimun seringkali tidak spesifik, dan mata kering bisa menjadi salah satunya. Kolaborasi antara dokter spesialis mata dan dokter penyakit dalam sangat penting untuk mendeteksi dan mengevaluasi kemungkinan adanya masalah sistemik.
Penanganan mata kering yang disebabkan oleh autoimun tidak cukup hanya dengan tetes mata pelumas. Dibutuhkan pendekatan menyeluruh, mulai dari diagnosis akurat hingga terapi yang tepat dan berkelanjutan.
Pemeriksaan mata yang teliti, seperti mengukur volume dan stabilitas air mata, serta melihat kondisi kelenjar di kelopak mata, dapat membantu menegakkan diagnosis. Setelah itu, penanganan yang sesuai kebutuhan dapat diberikan, mulai dari terapi dasar hingga terapi lanjutan.
Jangan lagi menganggap mata kering sebagai keluhan biasa. Sebaliknya, jadikan gejala ini sebagai kode awal dari tubuh untuk memberi tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi. Semakin cepat ditangani, semakin baik peluang kesembuhan dan kualitas hidup.