Gelombang serangan dahsyat menghantam Ukraina, dengan ratusan drone, tembakan artileri, dan rudal balistik menghujani negara tersebut sejak Selasa malam hingga Rabu pagi waktu setempat. Serangan besar-besaran ini terjadi di tengah ancaman dari mantan Presiden AS, Donald Trump, yang akan mengenakan tarif 100 persen pada semua barang impor dari Rusia jika Moskow tidak menghentikan konflik dalam 50 hari.
Militer Ukraina melaporkan, sedikitnya 400 drone diluncurkan Rusia ke berbagai wilayah Ukraina dalam periode waktu tersebut. Serangan juga mencakup rudal balistik Iskander yang ditembakkan dari wilayah Crimea yang diduduki, serta gempuran artileri di berbagai lokasi.
Di Kryvyi Rig, kota kelahiran Presiden Volodymyr Zelensky, serangan Rusia mengakibatkan gangguan pasokan listrik dan air, serta melukai 15 orang. Sebuah bangunan industri dilaporkan hancur akibat serangan itu. Wali Kota Kryvyi Rig, Oleksandr Vilkul, menyatakan bahwa seorang remaja berusia 17 tahun mengalami luka parah di bagian perut dan sedang berjuang untuk hidupnya di rumah sakit. Vilkul juga menyebut serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya, dengan peluncuran simultan satu rudal balistik dan 28 drone Shahed.
Kota Vinnytsia juga menjadi sasaran serangan drone, menyebabkan delapan orang terluka. Di Kharkiv, kota di timur laut Ukraina, tiga orang dilaporkan terluka akibat serangan serupa.
Serangan ini terjadi saat upaya mediasi gencatan senjata yang difasilitasi oleh AS mengalami kebuntuan. Rusia justru meningkatkan intensitas serangannya selama musim panas ini, baik di medan tempur maupun melalui serangan gabungan drone, rudal, dan artileri.
Trump mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Sekjen NATO untuk meningkatkan pasokan sistem pertahanan udara dan senjata bagi Ukraina. Ia juga mengungkapkan kekecewaannya atas penolakan Rusia terhadap tawaran gencatan senjata.
Pertemuan tatap muka terakhir antara pejabat Rusia dan Ukraina untuk membahas perdamaian terjadi lebih dari sebulan yang lalu. Meskipun Kremlin menyatakan masih terbuka untuk negosiasi lanjutan, belum ada jadwal pertemuan baru yang ditetapkan.
Trump sebelumnya telah menyampaikan ketidakpuasannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, menuduhnya berpura-pura ingin berdamai sementara meningkatkan serangan terhadap kota-kota di Ukraina. Selain ancaman tarif penuh, Trump juga memperingatkan kemungkinan penerapan "tarif sekunder" terhadap negara-negara yang terus membeli minyak dan komoditas Rusia. Namun, ancaman ini tampaknya belum mempengaruhi Moskow.