Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, sedang menghadapi lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang mengkhawatirkan. Sejak awal Januari hingga Juli 2025, tercatat 471 warga positif terinfeksi virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini. Tragisnya, dua di antaranya meninggal dunia.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengungkapkan bahwa peningkatan kasus DBD ini dipicu oleh curah hujan yang masih tinggi dan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. Akibatnya, banyak genangan air menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Saat ini, enam pasien DBD sedang menjalani perawatan intensif di RSUD Dr. Soekardjo dan beberapa rumah sakit swasta lainnya. Lonjakan kasus ini memerlukan kewaspadaan dari seluruh elemen masyarakat, terutama dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin.
Data menunjukkan bahwa anak-anak merupakan kelompok usia yang paling rentan terkena DBD. Rincian kasus berdasarkan usia adalah:
- Usia 0-5 tahun: 88 kasus
- Usia 6-12 tahun: 151 kasus
- Usia 13-18 tahun: 64 kasus
- Usia 19-30 tahun: 70 kasus
- Usia 31-50 tahun: 72 kasus
- Usia di atas 50 tahun: 26 kasus
Secara rinci, jumlah kasus per bulan adalah: Januari (75), Februari (98), Maret (74), April (79), Mei (65), Juni (70), dan Juli (10). Dari total kasus, 220 di antaranya adalah laki-laki dan 251 perempuan.
Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan rutin membersihkan lingkungan sekitar rumah, terutama menguras bak mandi secara teratur. Banyak warga yang masih lalai dalam menjaga kebersihan lingkungan, sehingga menjadi faktor utama penyebaran DBD.
Upaya edukasi terus digencarkan, termasuk gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Masyarakat diharapkan untuk menerapkan prinsip 3M (menguras, menutup, mengubur), menjaga pola hidup sehat dan bersih (PHBS). Dengan langkah-langkah preventif ini, diharapkan kasus DBD dapat ditekan dan tidak terus meningkat.