Kebijakan Tarif Impor AS Guncang ASEAN: Indonesia dan Vietnam Bernapas Lega?

Kebijakan terbaru Presiden AS, Donald Trump, kembali mengguncang dunia perdagangan. Mulai 1 Agustus 2025, tarif impor baru diberlakukan pada 14 negara, termasuk seluruh anggota ASEAN, atas barang-barang yang diekspor ke Amerika Serikat. Trump menyatakan kebijakan ini sebagai strategi "tarif timbal balik" untuk mengurangi defisit perdagangan AS. Besar tarif dapat disesuaikan berdasarkan hubungan bilateral masing-masing negara dengan Washington.

Berikut adalah detail tarif impor yang dikenakan AS kepada negara-negara ASEAN:

Vietnam: Tarif Lebih Ringan

Vietnam bernapas lega setelah mencapai kesepakatan dagang baru dengan AS. Tarif impor yang awalnya direncanakan 46%, berhasil diturunkan menjadi 20%. Sebagai tambahan, Vietnam sepakat mengenakan tarif 40% pada produk negara ketiga (seperti China) yang hanya transit di Vietnam sebelum masuk ke pasar AS.

  • Ekspor Utama ke AS: Elektronik, tekstil, alas kaki, produk pertanian.
  • Defisit Perdagangan dengan AS: US$123,5 miliar (tertinggi di ASEAN).
  • Posisi Strategis: Didukung kesepakatan khusus dan efisiensi produksi, terutama dalam kopi dan perikanan.

Indonesia: Kesepakatan Tercapai, Namun Rentan

Indonesia baru saja mencapai kesepakatan dengan AS dan dikenakan tarif 19%, lebih rendah dari pengumuman awal sebesar 32%. Peningkatan ekspor Indonesia belum sepenuhnya aman karena masih bergantung pada bahan mentah, membuatnya rentan terhadap kebijakan tarif AS.

  • Ekspor Utama ke AS: Minyak sawit, kakao, kopi, tekstil, semikonduktor.
  • Defisit Perdagangan dengan AS: US$17,9 miliar.
  • Persaingan Ketat: Bersaing dengan Vietnam, terutama dalam sektor kopi. Potensi di pasar niche seperti kopi organik dan berkelanjutan.

Malaysia: Tarif Naik, Negosiasi Berlanjut

Malaysia harus menerima tarif 25%, naik dari 24% yang diumumkan sebelumnya. Pemerintah Malaysia berkomitmen untuk terus berdialog dengan AS dan menjadwalkan rapat kabinet untuk menentukan langkah selanjutnya.

  • Ekspor Utama ke AS: Elektronik, semikonduktor, produk listrik.
  • Keunggulan: Berhasil menurunkan defisit dan berpotensi mengisi celah pasar yang ditinggalkan China dalam produk teknologi.

Thailand: Tarif Tinggi Bertahan

Thailand masih dikenakan tarif tinggi sebesar 36%. Pemerintah Thailand telah mengajukan proposal baru ke AS untuk meningkatkan akses pasar bagi produk agrikultur dan industri asal AS, serta meningkatkan impor energi dan pesawat.

  • Ekspor Utama ke AS: Suku cadang komputer, produk karet, batu mulia.
  • Defisit Perdagangan dengan AS: US$45,6 miliar.
  • Tantangan: Negara dengan defisit tertinggi kedua setelah Vietnam, menjadikannya sasaran tarif tinggi Trump.
Scroll to Top