Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menunjukkan perkembangan positif. Israel dilaporkan telah menyetujui untuk menarik mundur sebagian besar pasukannya dari wilayah Gaza selama perundingan berlangsung.
Pejabat senior Israel mengindikasikan bahwa kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas "kemungkinan besar" akan tercapai. Sumber yang terlibat dalam mediasi menyatakan bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa hari mendatang terbuka lebar setelah Israel bersedia mengurangi secara signifikan kehadiran militernya di Gaza selama masa gencatan senjata 60 hari.
Pejabat Israel tersebut mengungkapkan optimisme di tengah upaya baru untuk mewujudkan gencatan senjata yang akan memfasilitasi pemulangan sekitar separuh dari sandera Israel. Presiden AS Donald Trump juga memainkan peran penting dengan menjamu perdana menteri Qatar dalam sebuah jamuan makan malam, dengan tujuan memajukan kesepakatan tersebut.
Trump menyatakan "kabar baik tentang Gaza," tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, juga menegaskan bahwa pembicaraan di Doha berjalan dengan baik.
Seorang diplomat Arab dan sumber lain yang terlibat dalam mediasi melaporkan bahwa Israel telah bersedia menurunkan tuntutan terkait tingkat penarikan sebagian wilayahnya dari Gaza selama gencatan senjata, menyusul tekanan kuat dari Witkoff.
Peta baru yang diajukan oleh Israel tidak lagi mencakup keberadaan IDF di Koridor Morag yang memisahkan kota Rafah dan Khan Younis di Gaza selatan. Israel juga sepakat untuk mengurangi kehadiran pasukannya di Rafah, tempat mereka sebelumnya berencana membangun "kota kemanusiaan" yang kontroversial. Rencana awal tersebut melibatkan pemindahan seluruh penduduk Gaza ke sana dengan pengawasan ketat, yang berpotensi menghambat upaya pembersihan etnis di Jalur Gaza.
Proposal terbaru Israel untuk penarikan diri dari Gaza kemungkinan akan menghambat implementasi rencana "kota kemanusiaan" tersebut.