Film Superman (2025), penanda era baru DC Universe (DCU) dengan David Corenswet sebagai Clark Kent, menjanjikan cerita yang lebih dalam dari sekadar aksi superhero. James Gunn, sang penulis dan sutradara, membawa kita dalam perjalanan Superman membuktikan diri di tengah tuduhan ketidakberpihakan kepada umat manusia.
Salah satu isu krusial yang dihadapi Superman adalah intervensinya dalam konflik antara dua negara fiksi, Boravia dan Jarhanpur.
Boravia, sebuah negara di Eropa Timur yang dipimpin oleh Presiden Vasil Ghurkos (Zlatko Buric), melakukan invasi ke Jarhanpur. Konflik ini mengungkap lapisan intrik yang melibatkan pasokan senjata dari Amerika Serikat, yang ternyata didalangi oleh Lex Luthor (Nicholas Hoult), seorang miliarder yang membenci Superman.
Investigasi Lois Lane (Rachel Brosnahan) dan Jimmy Olsen (Skyler Gisondo) mengungkap bahwa nilai senjata yang diterima Boravia jauh lebih besar dari yang mereka bayar kepada Luthor. Apa motif sebenarnya?
Ghurkos ingin mencaplok Jarhanpur dan telah bersepakat dengan Luthor untuk membagi wilayah tersebut. Sebagian wilayah akan menjadi bagian Boravia, sementara sisanya akan dikuasai Luthor untuk dijadikan negara baru.
Namun, Luthor memiliki rencana tersembunyi. Ia sengaja menjual senjata murah untuk memprovokasi Superman agar ikut campur dalam urusan geopolitik.
Rencana itu berhasil. Ketika Superman menghentikan agresi Boravia, ia tanpa sadar masuk ke dalam perangkap Luthor.
Luthor kemudian memanfaatkan situasi ini untuk membangun narasi bahwa Superman adalah ancaman yang harus dihentikan. Ia melancarkan kampanye pembunuhan karakter di media sosial, membanjiri opini publik dengan kritik dan kecaman terhadap Man of Steel.