Sejak agresi brutal Israel di Jalur Gaza dimulai pada Oktober 2023, media Barat cenderung menghindari kata "genosida" untuk menggambarkan dahsyatnya kehancuran. Istilah seperti "perang," "konflik," atau "serangan balasan" lebih sering digunakan, meski peringatan dari pakar PBB dan organisasi HAM semakin gencar.
Namun, seiring dengan hancurnya kota-kota di Gaza secara sistematis oleh pasukan Israel, menewaskan lebih dari 58.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 139.000 lainnya, perubahan bahasa mulai terlihat.
Sebuah momen penting terjadi ketika The New York Times menerbitkan opini dari Raz Segal, seorang pakar genosida dan mantan tentara Israel, yang tanpa ragu menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai genosida.
Segal, dalam tulisannya, menyoroti serangan di kamp pengungsi Al-Mawasi pada September 2024, tempat lebih dari satu juta warga Palestina terpaksa mengungsi sebelum wilayah itu dibom. Segal menegaskan, "Israel sedang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina."
Keputusan The New York Times, sebagai salah satu media paling berpengaruh di dunia, untuk menggunakan istilah "genosida" memiliki dampak besar. Istilah ini mengandung implikasi moral, hukum, dan historis yang mendalam, serta mengacu pada kewajiban hukum internasional seperti Konvensi Genosida.
Sebelumnya, The New York Times menghindari terminologi ini dalam liputan krisis Gaza. Memo internal bahkan menginstruksikan staf untuk menghindari kata-kata seperti "genosida" atau "pembersihan etnis." Penerbitan opini Segal ini menandakan pergeseran signifikan, seolah The New York Times mulai sejalan dengan badan-badan PBB, organisasi HAM, dan akademisi yang telah lama menggunakan istilah tersebut.
Perubahan dalam Liputan Media
Awalnya, media besar Inggris seperti BBC, The Guardian, dan ITV cenderung menghindari istilah "genosida," bahkan setelah puluhan pakar PBB memperingatkan tentang niat genosida sejak Oktober. Sebuah studi menunjukkan bahwa BBC World hanya menggunakan kata "genosida" dua kali di media sosial antara Oktober dan Desember 2023, dan sering menyela tamu yang menggunakan istilah tersebut.
Namun, pada awal 2024, putusan pengadilan internasional dan kesaksian ahli yang semakin banyak mulai memicu perubahan dalam liputan berita.
Media Kanada, CBC, dikecam karena melarang penggunaan kata "genosida" dalam wawancara dengan warga Palestina. Sementara itu, media lain—termasuk Time, The New Yorker, dan Al Jazeera—mulai menerbitkan artikel mendalam yang menyelidiki apakah penghancuran tersebut memenuhi ambang batas hukum.
Al Jazeera, misalnya, menerbitkan lebih dari 40 laporan yang secara eksplisit merujuk pada genosida antara Oktober dan Desember saja. The New Arab (TNA) juga telah menggunakan istilah "genosida" untuk menggambarkan perang Israel di Gaza sejak 2024.
Laporan media Israel, Haaretz, mengungkapkan bahwa lebih dari 174.000 bangunan, atau sekitar 70 persen infrastruktur Gaza, telah hancur atau rusak.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 58.000 orang tewas, termasuk setidaknya 17.000 anak-anak. 10.000 lainnya masih hilang di bawah reruntuhan. Sekitar 2.000 keluarga telah musnah seluruhnya.
Jalur Gaza kini memiliki jumlah anak yang diamputasi per kapita tertinggi di dunia. Malnutrisi yang meluas dan trauma psikologis mengancam seluruh generasi.
Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan putusan penting tentang tindakan Israel, dengan menyebutkan pendudukan ilegalnya, apartheid, dan risiko genosida yang "masuk akal."