Ketegangan antara Rusia dan NATO kembali memanas setelah Kremlin menegaskan keberlakuan doktrin nuklir Rusia. Penegasan ini menyusul pengumuman mantan Presiden AS Donald Trump tentang pengiriman persenjataan canggih ke Ukraina.
Dua hari setelah Trump mengumumkan bahwa AS dan sekutu NATO akan menyalurkan bantuan militer senilai miliaran dolar ke Ukraina, termasuk rudal Patriot, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah konferensi pers. Langkah ini segera memicu reaksi keras dari Moskwa, yang selama ini menuding Barat terus memprovokasi konflik.
"Doktrin nuklir Rusia tetap aktif, dan seluruh ketentuannya masih berlaku," ujar Peskov kepada kantor berita Tass.
Pernyataan ini mengacu pada kebijakan nuklir Rusia yang diperbarui oleh Presiden Vladimir Putin pada Desember 2024, yang mempersempit batasan penggunaan senjata nuklir. Doktrin tersebut menyatakan bahwa serangan terhadap Rusia atau sekutunya oleh negara non-nuklir yang didukung oleh negara nuklir akan dianggap sebagai agresi bersama dan dapat dibalas dengan senjata nuklir.
Dukungan militer langsung dari negara-negara NATO, termasuk AS, kepada Ukraina, berpotensi memicu interpretasi sebagai agresi bersama menurut standar Rusia.
Trump, yang berambisi untuk kembali menduduki Gedung Putih, mengambil pendekatan yang berbeda terhadap konflik Rusia-Ukraina dibandingkan pendahulunya, Joe Biden. Meskipun dikenal lebih terbuka terhadap Moskwa, Trump menyatakan bahwa persenjataan canggih akan dikirim ke Ukraina melalui pembelian oleh negara-negara Eropa.
"Kami akan membuat senjata paling canggih, dan itu akan dikirim ke NATO," kata Trump.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengonfirmasi bahwa perjanjian tersebut mencakup pengiriman rudal, amunisi, dan sistem pertahanan udara, dengan sebagian persenjataan diambil dari stok yang sudah ada. Salah satu komponen penting dari bantuan ini adalah sistem rudal Patriot, yang sangat dibutuhkan untuk melindungi Ukraina dari serangan udara Rusia.
Rutte mengungkapkan bahwa keputusan dari KTT NATO telah direalisasikan dalam skala besar, termasuk peningkatan pengeluaran, produksi, dan dukungan untuk Ukraina. Ia menambahkan bahwa kebrutalan Rusia harus dihentikan dan inisiatif baru ini akan membantu menciptakan perdamaian yang adil dan abadi.
Peskov juga mendesak AS untuk menggunakan pengaruhnya guna mendorong Ukraina kembali ke meja perundingan. Ia menambahkan bahwa pertemuan antara Putin dan Trump dapat diselenggarakan dengan cepat, meskipun belum ada rencana konkret.
Trump sebelumnya mengancam Moskow dengan tarif yang "sangat berat" jika Rusia tidak menyepakati perdamaian dalam waktu 50 hari.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa pihaknya sedang meninjau secara menyeluruh produksi senjata dalam negeri dan implementasi kontrak serta kerja sama pertahanan dengan mitra asing. Ia menekankan pentingnya meningkatkan produksi senjata buatan Ukraina.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, hubungan Moskwa dengan NATO terus memburuk. Pejabat Rusia berulang kali mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan eskalasi nuklir, sementara Barat terus meningkatkan dukungan militer untuk Kyiv.