Presiden Suriah Bersuara Keras Usai Serangan Israel: Prioritaskan Perlindungan Warga Druze

Presiden Suriah, Ahmed Al Sharaa, menyampaikan pidato penting yang disiarkan televisi, menanggapi eskalasi konflik pasca-serangan rudal Israel. Pidato tersebut menyoroti prioritas utama pemerintahannya, yaitu perlindungan warga Druze dan hak-hak mereka.

Sharaa mengumumkan langkah penting, yaitu pengalihan kendali keamanan di kota Suwayda kepada para pemimpin lokal. Langkah ini bertujuan untuk mengakhiri kekerasan sektarian yang terjadi di selatan, terutama setelah serangan mematikan Israel di Damaskus.

"Kami akan meminta pertanggungjawaban siapa pun yang melanggar hak dan mengganggu komunitas Druze kami, karena mereka berada di bawah perlindungan dan tanggung jawab negara," tegas Sharaa, menekankan bahwa minoritas Druze adalah bagian integral dari bangsa Suriah.

Lebih lanjut, Sharaa menegaskan bahwa tanggung jawab keamanan di wilayah yang dilanda konflik akan diserahkan kepada tokoh agama dan faksi lokal, dengan mengutamakan kepentingan nasional. "Kami menegaskan bahwa melindungi hak dan kebebasan Anda adalah salah satu prioritas utama kami. Kami menolak segala upaya, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk memecah belah persatuan kami."

Dalam pidatonya, Sharaa juga menyampaikan kecaman keras terhadap Israel. Ia menuding "Entitas Israel" berupaya menciptakan kekacauan di Suriah, terutama setelah kejatuhan rezim sebelumnya.

"Kami tidak takut perang. Kami telah menghabiskan hidup kami menghadapi tantangan dan membela rakyat kami, tetapi kami mengutamakan kepentingan rakyat Suriah di atas kekacauan dan kehancuran," tegasnya.

Sebelumnya, Israel melancarkan serangan di dekat istana presiden Suriah dan markas militer di Damaskus. Tel Aviv memperingatkan akan meningkatkan serangan jika pasukan pemerintah tidak mundur dari selatan dan menghentikan serangan terhadap komunitas Druze.

Konflik di Suriah selatan telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa. Berdasarkan laporan, lebih dari 169 orang tewas dalam beberapa hari terakhir, dan jumlah tersebut diperkirakan lebih tinggi.

Pernyataan Sharaa muncul setelah pemerintah Suriah dan pemimpin Druze, Sheikh Yousef Jarbou, mengumumkan gencatan senjata baru di Suwayda. Penarikan pasukan tentara dari kota tersebut juga telah dimulai.

Komunitas Druze di Suriah dan Israel memiliki pandangan yang berbeda terhadap otoritas Suriah yang baru.

Sheikh Yousef Jarbou, yang mendukung gencatan senjata, mengutuk serangan Israel terhadap Suriah, dan menyebutnya sebagai serangan terhadap komunitas Druze.

Namun, pemimpin Druze lainnya, Sheikh Hikmat Al Hajari, menolak gencatan senjata dan berjanji untuk terus berjuang hingga Suwayda "dibebaskan sepenuhnya." Nasib dan keberadaan Hajari saat ini tidak diketahui, dan belum jelas apakah pejuang yang berafiliasi dengannya akan terus melanjutkan perlawanan.

Scroll to Top