Serangan Udara Rusia Kembali Gempur Ukraina, Belasan Warga Terluka

Kyiv – Serangan udara Rusia kembali menghantam sejumlah wilayah di Ukraina pada Rabu (16 Juli 2025) dini hari. Serangan ini menyebabkan setidaknya 12 orang menderita luka-luka.

Serangan Rusia ini terjadi setelah ultimatum yang diberikan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kepada Moskow. Trump memberi waktu 50 hari bagi Rusia untuk mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak ada kesepakatan, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100 persen terhadap barang-barang Rusia.

Menurut keterangan dari otoritas militer regional Ukraina, sedikitnya delapan orang terluka akibat serangan udara yang menyasar area Vinnytsia, wilayah Ukraina bagian tengah.

Di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, tiga orang dilaporkan terluka dalam serangan udara. Informasi ini disampaikan oleh Gubernur Regional Kharkiv, Oleg Synegubov, melalui aplikasi Telegram.

Selain itu, seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun mengalami luka parah dan tengah berjuang untuk hidupnya setelah serangan rudal dan drone Rusia menghancurkan sebuah bangunan industri di area Kryvyi Rig, kota asal Presiden Volodymyr Zelensky.

Wali Kota Kryvyi Rig, Oleksandr Vilkul, menyatakan bahwa serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya, dengan rudal balistik dan 28 drone Shahed diluncurkan secara bersamaan. Ia mengonfirmasi bahwa remaja tersebut mengalami luka di bagian perut dan sedang mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit setempat.

Sebelumnya, pada Selasa (15 Juli), otoritas setempat melaporkan bahwa setidaknya tiga orang tewas akibat serangan yang menghantam wilayah Ukraina bagian timur.

Rusia terus meningkatkan serangan militernya di tengah stagnasi perundingan gencatan senjata yang ditengahi oleh AS. Moskow juga mengklaim semakin banyak wilayah di Ukraina bagian timur, serta melancarkan serangan gabungan yang melibatkan drone, artileri, dan rudal.

Trump mengklaim bahwa ia telah mencapai kesepakatan dengan NATO mengenai pasokan sistem pertahanan udara dan persenjataan AS ke Ukraina. Selain itu, ia mengancam Rusia dengan sanksi dan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap pembeli ekspor Moskow, terutama minyak mentah.

Tarif sekunder ini menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa, sebagai upaya untuk melumpuhkan kemampuan Moskow dalam menghadapi sanksi Barat yang sudah berat.

Langkah-langkah tegas dari AS ini diumumkan seiring meningkatnya frustrasi Trump terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menolak gencatan senjata dan justru meningkatkan serangan ke Ukraina.

Menanggapi ancaman Trump, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan bahwa Kremlin "tidak peduli" dengan "ultimatum teatrikal" tersebut. Sementara itu, Putin dikabarkan tetap bertekad untuk terus berperang di Ukraina hingga Barat memenuhi persyaratan perdamaian yang diajukan Rusia.

Scroll to Top