Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan tetap mencatatkan surplus pada bulan Maret 2025. Meskipun demikian, surplus ini diperkirakan akan lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya, terutama karena penurunan harga komoditas utama seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO).
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode Maret 2025 pada hari Senin, 21 April 2025.
Konsensus pasar dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan Maret 2025 mencapai US$2,63 miliar. Ekspor diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 3,41% (year on year/yoy), sementara impor diperkirakan tumbuh 6,48% yoy.
Jika proyeksi ini akurat, Indonesia akan mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus yang diprediksi lebih rendah ini dibandingkan dengan surplus Februari 2025 yang mencapai US$3,12 miliar. Pada Februari, ekspor tercatat sebesar US$ 21,97 miliar atau naik 14,05% (yoy), sementara impor menyentuh US$ 18,86 miliar atau naik 2,3% (yoy).
Penurunan harga batu bara akibat kelebihan pasokan global dan permintaan yang lemah dari Tiongkok dan India menjadi faktor utama yang menekan ekspor. Namun, lonjakan harga emas dan tembaga memberikan sedikit dorongan.
Harga batu bara pada Maret rata-rata berada di US$ 104,16 per ton, turun 2,59% dibandingkan Februari (mtm) dan anjlok 19% (yoy). Harga CPO rata-rata berada di MYR 4.534,65 per ton, turun 2,5% (mtm) tetapi masih melonjak 9,2% (yoy).
Ekspor CPO dan batu bara menyumbang sekitar 27-30% dari total ekspor Indonesia. Sebaliknya, harga emas terus mencetak rekor karena ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan.
Aktivitas manufaktur Indonesia juga menunjukkan perlambatan pada Maret 2025, tercermin dari data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang berada di 52,4, lebih rendah dari Februari 2025 yang sebesar 53,6.
Dari sisi impor, diperkirakan mengalami peningkatan karena persiapan untuk lonjakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) selama bulan Ramadan dan Lebaran, serta depresiasi rupiah sepanjang Maret yang meningkatkan biaya impor migas.
Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, diperkirakan belum berdampak signifikan terhadap ekspor impor Indonesia pada Maret 2025, mengingat kebijakan tersebut baru diumumkan pada 2 April 2025. Pada Februari-Maret 2025, kebijakan tarif yang diumumkan baru menyasar China, Meksiko, dan Kanada.