Gelombang kekerasan melanda Sweida, Suriah selatan, melibatkan suku Badui dan komunitas Druze. Pertempuran ini telah merenggut lebih dari 500 jiwa, memaksa pemerintah mengerahkan pasukan keamanan dan militer untuk meredam situasi. Ironisnya, Israel justru memperkeruh suasana dengan serangan yang diklaim untuk melindungi komunitas Druze.
Lantas, siapakah suku Badui yang terlibat dalam konflik ini?
Suku Badui, atau Al-Badou, memiliki akar kata dari "Badiya" yang berarti gurun. Mereka adalah komunitas Arab yang terorganisir dalam sistem kesukuan dan hidup sebagai penggembala ternak. Suku Badui diyakini sebagai keturunan suku-suku kuno yang mendiami Jazirah Arab.
Secara tradisional, mata pencaharian utama suku Badui adalah beternak. Mereka bermigrasi ke gurun di musim dingin dan kembali ke lahan pertanian saat musim panas. Wilayah jelajah suku Badui sangat luas, mencakup gurun Sahara, Suriah, hingga Arab. Sementara itu, penggembala domba dan kambing cenderung memiliki wilayah yang lebih terbatas di Yordania, Suriah, dan Iran.
Setiap kelompok Badui berusaha mengelola wilayah dengan sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan komunitas. Mereka membangun zona dengan batasan kepemilikan yang jelas. Namun, klaim kepemilikan ini seringkali tidak diakui oleh pemerintah di Timur Tengah.