Kontroversi mencuat setelah seorang Senator AS, Chris Van Hollen, mengecam dugaan permintaan Israel kepada Amerika Serikat untuk membantu melobi negara ketiga dalam menerima warga Palestina dari Jalur Gaza. Van Hollen menyebut permintaan ini "keterlaluan dan memuakkan."
Laporan dari media menyebutkan bahwa kepala badan intelijen Mossad Israel mengunjungi Washington, DC, untuk meminta bantuan AS meyakinkan negara-negara seperti Etiopia, Indonesia, dan Libya agar bersedia menampung ratusan ribu warga Palestina dari Gaza.
Van Hollen dengan tegas menolak keterlibatan AS dalam upaya yang berpotensi mengarah pada pembersihan etnis warga sipil Palestina dari Gaza. Ia menegaskan bahwa sumber daya pemerintah dan uang pembayar pajak Amerika tidak boleh digunakan untuk mendukung tindakan tersebut.
Situasi di Gaza sendiri sangat memprihatinkan. Serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan hampir 59.000 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Pengeboman yang terus-menerus telah menghancurkan wilayah tersebut, menyebabkan kekurangan pangan dan penyebaran penyakit.
Di tengah seruan internasional untuk gencatan senjata, Israel juga menghadapi tekanan hukum yang signifikan. Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel dan mantan Menteri Pertahanannya atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di wilayah tersebut.