Tarif 0% untuk Produk AS: Indonesia Harus Waspada

Kebijakan tarif 0% yang diterapkan Amerika Serikat untuk produknya yang masuk ke Indonesia menuai sorotan. Pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Teuku Rezasyah, mengingatkan Indonesia untuk berhati-hati dalam menyikapi kebijakan ini.

Rezasyah memprediksi, dengan pemberlakuan tarif 0% untuk produk AS, negara-negara lain berpotensi mengajukan permintaan serupa kepada Indonesia. "Dampak dari penerapan tarif 0% atas produk AS di RI adalah akan timbulnya permintaan serupa dari banyak negara sekaligus pada RI. Setidaknya, mereka juga meminta penurunan antara 1% hingga 3%," jelasnya.

Menurutnya, jika Indonesia tidak waspada, negara lain dapat menganggap Indonesia memprioritaskan AS dan mengabaikan berbagai kesepakatan internasional yang telah dibuat secara bilateral, regional, maupun global.

Rezasyah memperkirakan, dengan tarif 0%, harga produk asal AS, khususnya produk teknologi tinggi seperti perangkat komputer, dapat turun secara signifikan.

Sebelumnya, mantan Presiden AS Trump mengklaim bahwa kesepakatan perdagangan telah dicapai antara pemerintah AS dan Indonesia, di mana produk AS tidak akan dikenakan tarif saat masuk ke Indonesia.

Menanggapi kekhawatiran ini, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menyatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak banyak menggunakan produk AS dalam keseharian. Ia menekankan pentingnya asesmen yang detail mengenai angka perdagangan dan jenis produk yang terlibat.

"Jadi you have to look at the products untuk mengatakan ini fair atau nggak fair. Bisa dikatakan tidak fair kalau misalnya kita mengekspor kedelai ke Amerika Serikat kena 19 persen, Amerika mengekspor kedelai ke Indonesia kena nol persen. Nah, itu baru nggak fair, jadi lihat produknya apa gitu," ujar Havas.

Scroll to Top