Dustin Poirier: Raja Tanpa Mahkota yang Menginspirasi

Dustin Poirier, petarung veteran UFC, mengakhiri perjalanan gemilangnya di arena oktagon. Meskipun tak pernah meraih sabuk juara kelas ringan UFC, warisan yang ditinggalkannya jauh lebih berharga dari sekadar gelar. Kekalahan terakhirnya dari Max Holloway di UFC 318 menjadi penutup karier MMA dengan rekor 30 kemenangan dan 10 kekalahan.

Poirier telah menjadi bagian dari UFC sejak 2011, mencatatkan 22 kemenangan, 9 kekalahan, dan 1 no contest. Ia pernah menyandang sabuk BMF dan sabuk interim kelas ringan, namun gagal merebut gelar juara kelas ringan dari tangan Khabib Nurmagomedov, Charles Oliveira, dan Islam Makhachev.

Namun, di mata penggemar, Poirier adalah seorang juara sejati. Pertarungannya selalu menyajikan aksi yang mendebarkan. Ia bahkan dua kali menaklukkan Conor McGregor dan menjadi petarung pertama yang membuat Islam Makhachev terluka di wajah.

Lebih dari sekadar prestasi di oktagon, Poirier adalah sosok yang menginspirasi di luar ring. Melalui yayasan The Good Fight Foundation, ia aktif memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu, khususnya di Afrika. Ia pernah melelang kaus pemberian Khabib seharga 100 ribu USD dan menyumbangkan 20 ribu USD untuk masyarakat Brasil melalui Charles Oliveira.

Perjalanan hidup Poirier penuh liku. Masa remajanya diwarnai putus sekolah, penjara karena kasus narkoba, hingga kecanduan alkohol. Namun, MMA mengubah segalanya. Debut di usia 20 tahun menjadi titik balik hidupnya.

Poirier mulai menata diri dan kehidupannya menjadi lebih baik. Pendirian yayasan pada tahun 2018 adalah bukti nyata komitmennya untuk memberikan dampak positif bagi orang lain.

"Saya bahagia (tanpa gelar juara)," ujarnya. "Apakah lebih baik ujung perjalanan atau proses perjalanannya? Saya bersyukur dengan segala yang ada. Sabuk juara itu keren, tapi semua proses yang saya jalani jauh lebih bernilai."

Dustin Poirier, seorang petarung yang telah memenangkan hati banyak orang. Raja tanpa mahkota yang sesungguhnya.

Scroll to Top