DAMASKUS – Pemerintah Suriah mengumumkan upaya pembersihan pejuang Badui dari Provinsi Suwayda dan mengklaim penghentian konfrontasi maut, menyusul pengerahan pasukan keamanan ke wilayah selatan yang dilanda konflik.
Pengumuman ini muncul pasca instruksi Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, untuk gencatan senjata baru antara kelompok Badui dan Druze. Langkah ini menyusul negosiasi yang difasilitasi Amerika Serikat guna mencegah agresi militer Israel ke Suriah.
Sebelum klaim pemerintah, terdengar rentetan tembakan senapan mesin di kota Suwayda dan serangan mortir di desa-desa sekitarnya. Belum ada laporan langsung mengenai korban jiwa saat itu.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Nour al-Din Baba, mengumumkan bahwa pertempuran telah berakhir "setelah usaha keras" untuk melaksanakan perjanjian gencatan senjata dan penyebaran tentara pemerintah di wilayah utara dan barat Suwayda. Kota Suwayda, terletak di bagian barat provinsi, kini diklaim telah "dibersihkan dari seluruh kombatan suku, dan bentrokan di lingkungan kota telah dihentikan".
Pertempuran dimulai setelah penculikan seorang pengemudi truk Druze di jalan raya memicu serangkaian serangan balasan dan mengakibatkan para pejuang suku berdatangan ke Suwayda untuk mendukung komunitas Badui.
Israel mulai menyerang pada hari Rabu, dengan dalih melindungi komunitas Druze setelah beberapa anggota menuduh pemerintah melakukan pelanggaran terhadap mereka.
Pemerintah Suriah menarik pasukannya dari Suwayda pada hari Kamis.
Data menunjukkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam pertempuran itu. Puluhan ribu orang juga dilaporkan mengungsi.
Konflik ini menjadi tantangan bagi pemerintahan al-Sharaa, yang naik ke tampuk kekuasaan setelah menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, al-Sharaa menyerukan semua pihak untuk meletakkan senjata dan membantu pemerintah memulihkan stabilitas. Ia juga mengutuk agresi Israel, yang menurutnya "mendorong negara ke dalam fase berbahaya yang mengancam stabilitasnya".
Setelah pengumuman presiden, pemerintah Suriah mulai menyebarkan pasukan ke Suwayda dan kelompok Badui menyatakan akan mundur dari kota.
Faksi Badui menyatakan bahwa setelah berkonsultasi dengan seluruh anggota klan dan suku Suwayda, mereka sepakat mematuhi gencatan senjata, mengutamakan akal sehat, dan memberikan ruang kepada lembaga negara untuk memulihkan keamanan dan stabilitas.
Sementara itu, Yordania menjadi tuan rumah perundingan dengan Suriah dan AS untuk mengkonsolidasikan gencatan senjata di Suwayda. Ketiga pihak menyepakati langkah-langkah praktis untuk mendukung gencatan senjata, termasuk pembebasan tahanan, penyebaran pasukan keamanan Suriah, dan upaya rekonsiliasi masyarakat.
Menteri Luar Negeri AS juga mendesak pemerintah Suriah untuk mencegah para pejuang memasuki Suwayda dan mengadili siapa pun yang bersalah atas kekejaman.
Negara-negara di seluruh dunia juga menyerukan agar gencatan senjata ditegakkan, dengan menekankan perlunya menjamin keselamatan dan hak-hak semua lapisan masyarakat Suriah.