Konflik Berdarah di Sweida, Suriah: Ratusan Nyawa Melayang

DAMASKUS – Provinsi Sweida, Suriah, yang didominasi minoritas Druze, dilanda konflik mematikan yang telah merenggut lebih dari seribu nyawa sejak pekan lalu. Perpecahan sektarian antara kubu Druze dan kelompok Badui Sunni yang disokong pemerintah semakin memperparah situasi.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan total 1.120 orang tewas, termasuk ratusan milisi dan warga sipil Druze, serta puluhan personel keamanan pemerintah dan warga Badui Sunni. Sejumlah besar korban, termasuk warga sipil Druze, dilaporkan dieksekusi secara singkat.

Kekerasan ini mendorong pengiriman bantuan kemanusiaan ke Sweida untuk meringankan dampak krisis. Saat ini, kondisi di Sweida dilaporkan relatif tenang setelah beberapa hari bentrokan sengit.

Pasukan keamanan Suriah telah memblokade akses ke provinsi tersebut untuk mencegah masuknya milisi dari berbagai faksi. Pemerintah mengumumkan bahwa kota itu telah dibersihkan dari milisi suku dan gencatan senjata telah disepakati.

Warga sipil kini terpaksa berdiam diri di rumah tanpa akses memadai ke listrik, air, dan pasokan makanan.

Utusan khusus AS untuk Suriah menekankan perlunya perdamaian dan dialog, menyerukan kepada semua pihak yang bertikai untuk meletakkan senjata.

Konflik di Sweida melibatkan faksi Druze, kelompok Badui Sunni, dan pasukan pemerintah, yang semakin diperburuk oleh serangan udara Israel.

Sweida, yang sebelumnya relatif stabil selama perang saudara Suriah yang berlangsung selama 14 tahun, kini menghadapi gelombang kekerasan baru. Ketegangan meningkat setelah penggulingan Bashar al-Assad pada Desember 2024, dengan sebagian warga Druze menunjukkan kewaspadaan terhadap pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Ahmed al-Sharaa.

Israel juga terlibat, melancarkan serangan dengan alasan melindungi komunitas Druze.

Washington mengklaim telah menengahi gencatan senjata antara Israel dan Suriah untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Serangan Israel sebelumnya menargetkan posisi-posisi pemerintah di Sweida dan Damaskus, termasuk fasilitas militer dan kompleks kepresidenan.

Scroll to Top