Jakarta – Iran telah memulihkan sistem pertahanan udaranya yang sempat terganggu akibat konflik dengan Israel bulan lalu.
Pada pertengahan Juni, Israel melancarkan serangan udara mendadak ke Iran, yang kemudian direspons Teheran dengan serangan balasan menggunakan drone dan rudal. Serangan Israel ini menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem pertahanan udara Iran, yang aktif di Teheran dan berbagai wilayah lain di negara tersebut.
"Musuh Zionis berupaya melumpuhkan kemampuan pertahanan Iran, dan beberapa sistem kita mengalami kerusakan selama konflik," ujar seorang pejabat tinggi angkatan darat, Mahmoud Mousavi. Ia menambahkan bahwa sistem pertahanan yang rusak kini telah diganti dan dipulihkan.
Jaringan pertahanan udara Iran sendiri terdiri dari berbagai sistem, termasuk Bavar-373 dan Khordad-15 buatan dalam negeri, yang dirancang untuk menangkal rudal dan pesawat. Selain itu, Iran juga memiliki sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia yang dipasang sejak tahun 2016.
Konflik dengan Israel mengakibatkan lebih dari 1.000 korban jiwa di Iran, sementara serangan balasan Iran menewaskan setidaknya 28 orang di Israel.
Selain konflik dengan Israel, pada tanggal 22 Juni, Amerika Serikat juga melancarkan serangan terhadap situs-situs nuklir Iran di Fordo, Isfahan, dan Natanz. Tingkat kerusakan pada program nuklir Iran masih belum dapat dipastikan. Meskipun Presiden AS mengklaim situs-situs tersebut "hancur total", laporan media AS meragukan tingkat kerusakan yang sebenarnya. Berita yang beredar menyebutkan bahwa hanya satu dari tiga situs yang mengalami kerusakan parah.