Dalam Pemilu Jepang baru-baru ini, sebuah partai bernama Sanseito mencuri perhatian. Bagaimana tidak, setelah tiga tahun nyaris tak terdengar dengan hanya satu kursi di Majelis Tinggi Parlemen, mereka berhasil merebut 14 kursi. Kemenangan ini menimbulkan pertanyaan: apakah Jepang sedang bergeser ke arah kanan?
Sanseito lahir di tengah pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Awalnya, mereka dikenal lewat video-video YouTube yang menyebarkan teori konspirasi seputar vaksin. Namun, belakangan ini, partai ini menarik perhatian dengan agenda nasionalis "Jepang Pertama", yang memperingatkan tentang "invasi orang asing secara diam-diam".
Naiknya popularitas Sanseito bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran masyarakat Jepang terhadap imigrasi dan pariwisata berlebihan. Pemerintah Jepang bahkan membentuk komite khusus untuk mengawasi perilaku imigran yang dianggap meresahkan.
Agenda "Jepang Pertama" Sanseito menjanjikan pemotongan pajak konsumsi dan peningkatan tunjangan anak. Namun, daya tarik utamanya terletak pada pandangan nasionalisnya yang menentang imigran. Pemimpinnya, Sohei Kamiya, terinspirasi oleh gaya politik Donald Trump.
Kemenangan Sanseito juga mencerminkan rasa frustrasi pemilih terhadap Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang dinilai kurang konservatif. Banyak pendukung mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang merasa Ishiba tidak memiliki pandangan nasionalis yang kuat. Akibatnya, mereka beralih ke Sanseito dan partai oposisi lainnya untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka.
Meskipun demikian, jumlah kursi Sanseito masih kurang dari yang dibutuhkan untuk mengajukan RUU di Majelis Tinggi. Di Majelis Rendah, mereka hanya memiliki tiga kursi.
Sohei Kamiya, pemimpin Sanseito, pernah menjadi anggota Partai Demokrat Liberal (LDP). Dia meluncurkan Partai Sanseito pada Maret 2020 dan terpilih sebagai anggota Majelis Tinggi pada tahun 2022. Kamiya dikenal karena pernyataan-pernyataannya yang provokatif dan kontroversial. Dia juga mengkritik kebijakan kesetaraan gender, dengan alasan bahwa kebijakan tersebut akan mendorong perempuan untuk bekerja dan mencegah mereka memiliki lebih banyak anak.
Peningkatan jumlah penduduk asing di Jepang telah memicu keresahan di kalangan masyarakat. Sanseito memanfaatkan keresahan ini dengan menyalahkan LDP atas kebijakan yang mengizinkan lebih banyak orang asing masuk ke negara tersebut. Beberapa warga Jepang merasa frustrasi dengan masuknya orang asing dan menyalahkan mereka atas meningkatnya kejahatan dan inflasi.
Meskipun Jepang selalu berhati-hati terhadap orang asing, pemerintah telah melonggarkan undang-undang imigrasi untuk mengatasi masalah populasi lansia dan meningkatkan jumlah tenaga kerja.
Kebangkitan Sanseito mungkin menandakan titik balik dalam lanskap politik Jepang. Namun, beberapa pengamat mencatat bahwa partai-partai populis seringkali kesulitan untuk memantapkan kehadiran mereka dalam politik Jepang karena pemilih yang "tidak menentu". Jika mereka merasa partai yang mereka dukung tidak memenuhi harapan mereka, mereka akan kembali ke pilihan yang sudah ada atau beralih ke alternatif yang lebih baru.